Apakah anda tertarik dengan ilmu keperawatan?

Sabtu, 18 April 2009

Hipertensi Heart Failure


HIPERTENSI HEART FAILURE



1. Definisi
Menurut The Join National Committee on the Detection and Treatment of Hipertention-7 (JNC VII, 2003) hipertensi adalah kenaikan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan tekanan darah diastolic lebih besar atau sama dengan 90mmHg. 
Menurut Lembaga Kesehatan Nasional (The Nation Institutes of Health), mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik yang sama atau diatas 90 mmHg.
Apabila hipertensi tidak terkontrol menyebabkan kelainan pada organ-organ yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut, misalnya otak, jantung, ginjal, mata, aorta dan pembuluh darah tepi. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar timbulnya penyakit kardiovaskuler secara premature, penyakit pada jantung dan segala manifestasi kliniknya dinamakan panyakit jantung hipertensi (Gray, Huan, et. Al.2003).

2. Etiologi
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi dua:
1. Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita hipertensi yang ada di masyarakat. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari hipertensi primer ini.
2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya, seperti:
Kelainan ginjal:
- Glomerulonephritis akut (GNA)
- Glomerulonephritis kronis (GNC)
- Pyelonephritis kronis (PNC)
- Penyempitan arteri renalis

Kelainan hormonal:
- Diabetes mellitus
- Pil KB
- Phaecromacytoma (tumor adrenal)
Kelainan neurologis:
- Polyneuritis
- Poliomyelitis
Lain-lain:
- Obat-obatan
- Preeklamsi
- Koartasio aorta

Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal <> 12mm)
• Deep S wafe in lead V1
• Tall R wave in leads V5 or V6
• Biphasic P Wave in leads V4-V6
• ST-T invertion leads V4-V6 
4) Echocardiografi
• Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis, hipervolemia.
• Hipertrofi yang difus (konsentrik)
• Dilatasi ventrikel serta tekanan akhir diastolic ventrikel kiri meningkat.
• Tanda-tanda iskemia seperti hiperkinesis dan pada stadium lanjut adanya diskinetik juga dapat terlihat pada elektrokardiogram.

6. Penatalaksanaan 
a. Penatalaksanaan medis
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu :
• Menurunkan tekanan darah menjadi normal, Sistolik 130-140 mmHG, dan diastolic 60-90 mmHg
• Mengobati payah jantung karena hipertensi
• Mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler
• Menurunkan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinjau dari 3 faktor fisiologis yaitu :
• Menurunkan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan diuretic.
• Menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovaskuler terhadap rangsangan adrenergic dengan obat dari golongan anti simpatis.
• Menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
Diuretik :
• Menurunkan kadar Na ekstra maupun intra seluler
• Menurunkan reaktivitas kardiovaskuler terhadap nor-adrenalin
• Terbukti dapat menurunkan insiden stroke
• Dosis kecil, sebaiknya secara berkala (intermitten)
• Efektif, sekali pemberian
• Efek samping:
o Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
o Intoleransi glukosa
o Meningkatkan kadar asam urat
o Dislipidemia
o Alkalosis metabolic
o Yang sering digunakan:
• Hidrochlortiazid (HCT)
- Dosis 6,25-12,5 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan ACE inhibitor atau angiotensin reseptor blocker (ARB), beta blocker dan alfa blocker
• Furosemide
- Dosis 20-40 mg/hari
- Diberikan pada hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal, hiperurisemia, gagal jantung, DM yang belum teregulasi, dan dislipidemia
- Dapat dikombinasi terutama dengan ACE inhibitor/ARB, dapat juuga dengan beta blocker dan alfa blocker
• Spironolacton
- Dosis 25-100 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan HCT maupun furosemid
- Merupakan diuretika yang lemah
- Hindari pada gangguan fungsi ginjal (krreatinin serum > 2,5 mg/dl) dan hati-hati bila dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, akan menyebabkan hiperkalemia
- Disfungsi seksual pada pria
• Beta Blocker
o Menurunkan aktivitas simpatis
o Kardioprotektiv dan anti angina
o Pemberiannya dapat satu kali sehari
o Efek samping:
 Dapat mengganggu homeostasis glokusa
 Dislipidemia teritama trigliserida
 Dapat menurunkan aliran darah ke ginjal. Kecuali golongan pindolol dan carvedilol
 Klaudikasio intermitten
 Bradikardia dan gagal jantung
o Yang sering digunakan
 Atenolol :
- Dosis 1x25-100 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan diuretika (terutama HCT dosis rendah), kalsium antagonis (golongan dihidropiridin, terutama yang long acting), alfa blocker
- Pada kondisi tertentu dapt dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB meskipun secara farmakodinamis kurang rasional.
• Bisoprolol
- Dosis 1x5-10 mg/hari
- Seperti halnya atenolol, dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
- Efek simpatolitiknya lebih besar dari pada atenololkarena dapat menembus blood brain barier.
• Propanolol
- Dosis 2x20-40mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
- Efek simpatolitiknya palung besar
• KalsiumAntagonis
o Menurunkan tahanan perifer, meningkatkan aliran darah ke ginjal, tidak mempengaruhi aktivitas system RAA (golongan non dihidropiridin atau dihidropiridin yang long acting)
o Mempunyai efek renoprotektif yaitu dengan menurunkan tekanan di glomerulus
o Tidak mempunyai efek metabolic dan keseimbangan elektrolit
o Dapat diberikan satu kali sehari pada yang long acting
o Sering diggunakan pada hipertensi dengan COPD
o Efek samping:
 Inotropik dan khronotropik negative
 Golongan dihidropiridin yang bekerjanya pendek dapat meningkatkan aktivitas simpatis dan retensi Na
 Berdebar, sakit kepala, dan edema perifer
o Yang sering digunakan:
 Nifedipine (Golongan dihidropiridin)
• Dosis 3x5-10 mg/hari
• Dosis yang long acting (OROS/GITS) 1x20-30 mg/hari
• Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, beta blocker
 Amlodipin (golongan dihidropiridin) :
• Dosis 3x5-10mg/hari
• Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB atau beta blocker 
 Diltiasem (golongan nondihiropiridin)
• Dosis 3x30-60 mg/hari
• Sering digunakan pada hipertensi dengan angina pectoris
• Dosis yang long acting 2x60-90 mg/hari atau 1x80 mg/hari
• Dapat dikombinasi denhan ACE inhibitor/ARB
 Verapamil (golongan non dihidropiridin)
• Dosis 2x40-80 mg/hari
• Dosis yang long acting 1x360 mg/hari
• Sering digunakakn pada hipertensi dengan angina pectoris. Tachicardi supraventrikuler, atau COPD.
• ACE inhibitor/ARB
o Menghambat bekerjanya ACE yang merubah Angiotensin 1 menjadi Angiotensin II
o Mempunyai sifat renoprotektif dan memperbaiki resistensi insulin
o Meningkatkan kemampuan fungsi jantungdan mempunyai sifat kardioprotektif
o Tidak menurunkan aliran darah ke otak, arteri koroner maupun ginjal
o Tidak berpengaruh pada kecepatan denyut jantung dan curah jantung
o Dapat menurunkan tahanan perifer
o Efek Samping:
 Batuk, sakit kepala, dan hipotensi
 Skin rash dan gagal ginjal akut (jarang, terutama pada stenosis arteri renalis bilateral, dan pemberian dosis tinggi yang tergesa-gesa pada gagal jantung)
o Yang sering digunakan:
 Captopril :
• Dosis 2-3x12,5-25 mg/hari
• Pemberiannya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
• Sering dikombinasi dengan HCT atau kalsium antagonis
• Pada kondisi tertentu dapat dikombinasi dengan beta blocker meskipun kurang rasional
 Lisinopril:
• Dosis 1-2x5-10 mg/hari
• Pemberiannya tidak dipengaruhi oleh makanan
• Hal yang lain sama dengan captopril
• Alfa Blocker
o Menghambat reseptor alfa 1 diotot polos pembuluh darah
o Terutama untuk menurunkan tekanan diastolic
o Sering dikombinasi dengan diuretika atau beta blocker
o Jarang digunakan sebagai pilihan utama karena mempunyai efek samping yang sering mengganggu yaitu hipotensi postural, palpitasi dan sakit kepala
o Dapat memperbaiki profil lipid, memperbaiki toleransi glukosa, memperbaiki keluhan prostat pada glukosa
o Yang sering digunakan:
 Prazosin:
• Dosis 2 – 3 x 1 – 4 mg/hari
• Dosis awal ½ - 1 mg/hari sebelum tidur malam dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah terjadinya hipotensi postural
 Doxazosin: 
• Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
• Dosis dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah hipotensi postural  
 Terazosin:
• Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
• Untuk mencegah terjadinya hipotensi postural dosis dinaikkan secara titrasi 
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
(British hypertension Society guidelines : lifestyle modification fir primary prevention and treatment of hypertention)
• Maintain normal body weight for adults (body mass index 20-25 kg/m2)
• Reduce diatary sodium intake to <100 spo2 =" 95-100%" abg =" P02" pc02 =" 35-45" ph =" 7,35-7,45" hb =" 12" spo2 =" 95-100%" abg =" P02" pc02 =" 35-45" ph =" 7,35-7,45" hb =" 12"> 55%, kardiomegali Backward failure

Tekanan ventrikel kiri

Tekanan atrium kiri

Bendungan paru
 Gangguan pertukaran gas






14/04
2009
09.00







 Data Subyektif
 Klien mengatakan cepat lelah
Data Obyektif
 Tampak lemah
 Hipertensi ortostatik
 ADL di bantu Volume sekuncup menurun

Suplai oksigen ke jaringan menurun

Vasokontriksi perifer

Perfusi jaringan /otot rangka menurun

Kelemahan/keletihan
 Intoleransi aktifitas
14/04
2009
09.00 Data Subyektif
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
Data Obyektif
 Oedema kaki
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc

























 Volume sekuncup menurun


Kelebihan 
volume cairan





 

DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
3. Intoleransi aktifitas b.d penurunan curah jantung, ketidakseimbangan antara suplay atau kebutuhan O2, kelemahan umum, tirah baring lama/ immobilisasi
4. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine
























 
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
14-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 1. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
2. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
3. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
4. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
5. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1-5


14-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 1. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
2. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
3. Dorong perubahan posisi 
4. Evaluasi perubahan hasil GDA
5. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
6. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
7. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30
07.45

08.00

08.30

09.00
10.00 1. Mengauskultasi bunyi nafas (ronkhi)
2. Menganjurkan batuk efektif dan nafas dalam
3. Mendorong perubahan posisi 

4. Mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
5. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
6. Memberikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
Furosemid 1 Ampul.
Ventolin 2,5 ml nebulizer
  S :
 Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-7

14-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine
 1. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
2. Tampung produksi urine dalam 24 jam
3. Berikan diuretic sesuai instruksi
4. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
5. Monitor serum dan elektrolit urine
6. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 07.30

08.00

08.10
08.30

09.00

11.00 1. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
2. Menampung produksi urine dalam 24 jam
3. Memberikan diuretic sesuai instruksi
4. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
5. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
6. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
15-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 6. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
7. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
8. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
9. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
10. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lebih baik
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-5

15-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 8. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
9. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
10. Dorong perubahan posisi 
11. Evaluasi perubahan hasil GDA
12. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
13. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
14. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 7. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
8. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
9. Dorong perubahan posisi 
10. Evaluasi perubahan hasil GDA
11. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
12. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
13. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
  S :
 Klien mengatakan sudah tidak sesak 
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi 
P : Intervesni dihentikan 

15-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine

 7. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
8. Tampung produksi urine dalam 24 jam
9. Berikan diuretic sesuai instruksi
10. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
11. Monitor serum dan elektrolit urine
12. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 - Strees
- ila pasi 7. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
8. Menampung produksi urine dalam 24 jam
9. Memberikan diuretic sesuai instruksi
10. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
11. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
12. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 
 S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
16-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 11. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
12. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
13. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
14. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
15. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1-5


16-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 15. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
16. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
17. Dorong perubahan posisi 
18. Evaluasi perubahan hasil GDA
19. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
20. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
21. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 14. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
15. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
16. Dorong perubahan posisi 
17. Evaluasi perubahan hasil GDA
18. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
19. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
20. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
  S :
 Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-7

16-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine

 13. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
14. Tampung produksi urine dalam 24 jam
15. Berikan diuretic sesuai instruksi
16. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
17. Monitor serum dan elektrolit urine
18. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 13. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
14. Menampung produksi urine dalam 24 jam
15. Memberikan diuretic sesuai instruksi
16. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
17. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
18. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 
 S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6




   
5 1. 



Created By Dwi Herawan..(Bioners 07)

Peran dan fungsi manajer


PEMBAHASAN

PERAN DAN FUNGSI MANAJER

Manajemen adalah suatu proses interaksi sosio-teknik yang terjadi dalam organisasi formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditentukan melalui penggunaan sumber-sumber orang lain (Burgess, 1988).
Secara skematis proses manajemen dapat diilustrasikan sebagai berikut :
INPUT THROUGH-PUTS OUTPUT  
Sumber-sumber Proses sosio-teknik Tujuan
   


  Feed back
Input dalam manajemen terdiri dari :
  Manusia (man-power)
  Uang (money)
  Materi (material)
  Mesin (machinery)
  Metode (methoda)
Through-put adalah proses manajemen yang meliputi :
  Pengambilan keputusan
  Perencanaan
  Pengawasan
  Pengorganisasian
  Staffing dan directing

Output adalah tujuan dalam hal ini pelayanan keperawatan, misalnya :
  Pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi
  Efisiensi dalam pelayanan
  Pegawai (staf) yang berkompeten dan adekuat

Berbagai pendapat dari beberapa ahli administrasi dikemukakan dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang pada intinya adalah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.

Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-hari akan bergerak dalam berbagai bidang seperti bidang penjualan/ pemasaran, pembelian, produksi, keuangan, personalia dll.

Dibawah ini sedikit uraian tentang fungsi manajer dalam bidang-bidang manajemen, misalnya :
  Dalam bidang pemasaran, seorang manajer harus mengusahakan agar hasil-hasil produksinya dapat disalurkan dengan saluran-saluran distribusi yang tepat sehingga harga penjualan dapat dijangkau oleh konsumen.
  Dalam bidang pembelian, manajer harus berusaha agar bahan-bahan yang dibeli pada tempat dan waktu yang tepat serta harga yang tepat pula sehingga tidak mengganggu proses dalam bidang produksi.
  Dalam bidang produksi, seorang manajer harus berusaha agar dapat memproduksikan suatu produk dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang diinginkan dan waktu yang tepat serta biaya yang seringan mungkin (efektif dan efisien) dan dengan teknik-teknik produksi yang memudahkan pekerjaan pegawai.
  Dalam bidang keuangan, para manajer harus berusaha agar posisi keuangannya setiap saat dapat membiayai kegiatan-kegiatannya sehari-hari seperti pembayaran gaji, pembelian bahan-bahan, pembayaran hutang-hutang dll.
  Dalam bidang personalia, para manajer harus berusaha agar memperoleh tenaga yang kompeten sehingga dapat bekerja dengan kualitas yang diinginkan.




TINGKAT-TINGKAT DARI MANAJER

Suatu organisasi yang mempunyai berbagai anggota dengan kualifikasi membutuhkan tinggkat-tingkat tertentu dalam administrasi dan managerialnya seperti yang dirumuskan oleh Burgess (1988) sebagai berikut :

  Top manajer
   
  Middle manager
   
  First line/ supervisor manager  


  Non manager/ rank & file manager

Masing-masing tingkat manajer melakukan fungsi yang sama hanya corak kegiatannya yang berbeda, sesuai dengan tingkatan manajer itu dalam organisasi. First line/ supervisor manajer adalah pemimpin langsung dan bertanggung jawab untuk kelancaran & keberhasilan pekerjaan karena mereka sangat dekat dan langsung memimpin.

TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANGAN
Tanggung jawab kepala ruangan yang dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya meliputi hal-hal dibawah ini :
1. Manajemen personalia/ ketenagaan meliputi : penerimaan, seleksi, orientasi, pengembangan tenaga, penilaian penampilan kerja, promosi dan penyediaan ketenagaan staf keperawatan.
2. Manajemen operasional, meliputi : perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan pelayanan keperawatan.
3. Manajemen kualitas pelayanan yang meliputi : pengembangan standar asuhan keperawatan, program kendali mutu, program evaluasi teman dan persiapan untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
4. Manajemen financial, meliputi : budget, “cost control” dalam pelayanan keperawatan.

Stoner (1985) menyampaikan bahwa sebaiknya seorang pengelola (manajer) keperawatan mendorong anggota organisasinya untuk melaksanakan melalui :
1. Membuat kebijakan yang jelas yang mendorong perilaku etikal
2. Tanggung jawab kedisiplinan
3. Menyebarluaskan kode etik melalui teknik belajar yang aktif
4. Mendorong staf untuk menambah pengetahuannya mengikuti kursus-kursus manajemen pada sekolah-sekolah atau yang mengadakan kursus tentang legal dan etik profesi/ organisasi.

Jadi pada dasarnya seorang kepala ruangan harus memegang teguh nilai-nilai serta standar etika pada setiap perilakunya yang mana hal ini akan mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya, oleh sebab itu sebaiknya selain kode etik keperawatan untuk perawat pada umumnya juga kode etik bagi pengelola keperawatan (nurse administrators) perlu diadakan.

PERAN SEORANG MANAJER
Burgess (1988) menyimpulkan bahwa peran seorang manajer/ pimpinan ada 3 (tiga) kategori :

1. Peran interpersonal
  Peran seorang kepala  sebagai symbol pimpinan organisasi dengan pekerjaan-pekerjaan rutin organisasi
  Peran seorang pemimpin  bertanggung jawab untuk memberi motivasi dan mengaktifkan anggotanya
2. Peran informasional
  Peran monitor  mencari dan menerima berbagai informasi untuk mengembangkan organisasi, merupakan pusat syarat informasi internal dan eksternal
  Peran desiminator  menginterpretasikan dan menstranformasikkan informasi-informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam organisasi kepada anggota-anggotanya.
3. Peran pembicara
  Meneruskan informasi kepada orang lain tentang rencana organisasi, policy, pekerjaan, hasil dll.
4. Peran decisional
  Yaitu mengambil keputusan untuk mengatasi permasalahan.
Setelah melihat bagaimana pentingnya peran seorang manajer dalam suatu organisasi maka dalam keperawatan diperlukan kepemimpinan yang berkualitas tinggi dalam keperawatan sehingga menghasilkan pelayanan keperawatan yang tinggi mutunya.
Pimpinan keperawatan merupakan posisi kunci yang langsung berhubungan dengan pelayanan keperawatan. Manajer keperawatan bertanggung jawab untuk menghubungkan institusi dengan klien. Mereka harus mengerti bagaimana perawatan yang baik untuk klien sesuai dengan tujuan institusi. Kekomplekan dan pentingnya fungsi dari seorang pimpinan keperawatan terlihat dari uraian dibawah ini.

Keperawatan adalah suatu departemen (bagian) yang terbesar dari setiap RS. Sebagai bagian yang paling besar dengan anggota yang banyak keperawatan dipimpin oleh seorang pemimpin/ direktur keperawatan yang dibantu oleh beberapa keperawatan dibawahnya. Pimpinan keperawatan (nurse manager) melakukan kontak dengan klien langsung dan tidak langsung, walaupun mereka jarang memberikan asuhan keperawatan yang langsung kepada klien, menerima laporan tentang keadaan klien, menjawab pertanyaan dan permintaan dari staf keperawatan, klien dan keluarganya. Yang paling penting dia bertanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan oleh semua perawat dibawahnya. Berarti dia harus melakukan sesuatu untuk mendorong semua stafnya untuk mempunyai kemampuan yang tinggi dengan menjaga keamanan dan kenyamanan klien.

Pimpinan keperawatan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap klien meskipun mereka kelihatan jauh dari klien.
Pengorganisasian dalam keperawatan dapat dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Pimpinan keperawatan berinteraksi dengan staf keperawatan dan klien untuk mengatur unit keperawatan dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu serta menerima konsekuensi-konsekuensi cacian atau pujian.
Secara singkat disebutkan bahwa nilai-nilai kepala ruangan mempengaruhi perilaku kepala ruangan sebagai berikut :
1. Karu adalah seseorang yang mau bekerja keras “ambitions”
2. Seorang terbuka
3. Seorang yang mampu dalam bidangnya
4. Seorang yang rileks dan gembira
5. Seorang yang bersih dan rapi
6. seorang yang tegas
7. Seorang yang mau memberi maaf pada orang lain
8. Suka membantu dan memperjuangkan kesejahteraan orang lain
9. Ramah tamah
10. Kreatif
11. Independen
12. Intelektual
13. Berpikiran logis dan rasional
14. Penuh kasih saying
15. Respek dan penuh perhatian
16. Sopan santun
17. Bertanggung jawab
18. Disiplin dan kontrol diri yang baik
Untuk itu sebagai seorang pimpinan keperawatan diharapkan mempunyai kemampuan :
1. Dapat mawas diri
2. Mampu mengatur antara pekerjaan, tugas-tugasnya dan kehidupan keluarga
3. Mempunyai pengalaman yang luas dan banyak
4. Mempunyai sensitifitas interpersonal
5. Berani mengambil resiko
6. Mampu membimbing
7. Mempunyai metode untuk mengkritik diri dan mendisiplinkan diri
8. Selalu ingin tahu
9. Mempunyai tingkah laku selalu ingin mencoba
10. Toleransi tinggi
11. Bersedia dipanggil setiap saat

Adapun hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pimpinan keperawatan yang sukses adalah :
1. Meluaskan pandangan, pandangan hari ini kemasa depan
2. Melihat gambaran yang besar dengan membaca mass media, menghadiri seminar-seminar dan meningkatkan pengetahuannya
3. Mengetahui posisi diri
4. Sensitif melihat masalah dan melihat pengaruhnya dimasa depan 
5. Mengikuti kecenderungan atau perubahan-perubahan
6. Mempelajari alat/ hal-hal apa yang kita kuasai
7. Berfikir terus menerus
8. Pendengaran yang baik
9. Melihat/ memperhitungkan waktu
10. Mempelajari peraturan
11. Mengembangkan keadaan yang tidak menentang dan emosional
12. Mencegah merendahkan orang lain
13. Menggunakan kontak mata
14. Struktur profesional
15. Belajar hidup dari ketidaknyamanan
16. Antusias dan hangat
17. Belajar mempercayai
18. Melihat pekerjaan sebagai karir
19. Jangan menolak kekuasaan diri
20. Mengembangkan “support group”
21. Empati
22. Meningkatkan harga diri
23. Gembira
24. Berusaha maju
25. Menjadi seorang pemimpin
KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI OLEH MANAJER DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Ketrampilan komunikasi
Salah satu kemampuan yang terpenting dari seorang pemimpin keperawatan adalah melakukan komunikasi yang efektif baik secara tertulis maupun lisan
Berrbagai teknik dapat digunakan dimana pimpinan keperawatan dapat berkomunikasi dengan staf, misalnya : bimbingan, konseling, mengatasi masalah-masalah kepegawaian.
 Seorang pimpinan keperawatan harus selalu melakukan komunikasi dengan berbagai individu, misalnya : klien dan keluarganya, pagawai-pegawainya, kelompok stafnya, personil administrasi, staf medis dan petugas kesehatan lainnya.
Pimpinan keperawatan harus mampu mengemukakan ide-idenya dan rencana-rencana baik secara lisan maupun tertulis dan mampu mendengar dengan baik dan penuh perhatian. Hal ini bukan tugas kecil, kesuksesan dari tugas-tugas manajemen sangat tergantung pada kemampuan melakukan komunikasi ini.
 
2. Kemampuan memberi motivasi kepada staf
Seorang pimpinan bertanggung jawab agar pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif oleh orang lain, untuk itu sangat perlu dimengerti oleh kedua belah pihak apa tujuannya/ keinginannya sehingga dia turut berusaha mencapai tujuan organisasi. Pimpinan harus memiliki kemampuan untuk menjalankan kerjasama dan menyesuaikan antara kebutuhan pegawainya dan tugas organisasi.
3. Ketrampilan kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat manusia dan alat-alat lainnya dalam suatu organisasi (Siagian, 1983).
Dikatakan bahwa “kesuksesan seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya terutama ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik (managerial skills)”. Untuk itu pimpinan tidak melaksanakan tindakan-tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengambil keputusan, menentukan kebijaksanaan dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil sesua dengan kebijaksanaan yang telah digariskan.
Kepemimpinan seseorang harus diakui dan diterima oleh para bawahannya sehingga wewenangnya untuk memimpin, keinginan-keinginannya yang hendak direalisasikan, dimanifestasikan oleh kerelaan dan kemampuan bawahan untuk melaksanakannya sesuai dengan keinginan pimpinan tersebut.
Menurut Siagian (1983) beberapa sifat kepemimpinan yang baik antara lain:
  Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya
  Berpengetahuan luas
  Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya.
  Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan komplesitas daripada tujuan yang hendak dicapai.
  Memiliki stamina (daya kerja) dan antusias yang besar.
  Cepat dan gemar mengambil keputusan yang tepat.
  Obyektif dalam menguasai emosi dan rasional
  Adil dalam memperlakukan bawahan 
  Menguasai prinsip-prinsip “human relation”
  Menguasai teknik-teknik berkomunikasi
  Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.
  Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.
4. Ketrampilan mengatur waktu
Waktu merupakan sumber yang tidak dapat ditawar oleh pimpinan keperawatan. Waktu tidak dapat ditumpuk seperti uang atau material. Kita harus menggunakannya dengan masa yang tepat yaitu 60 detik permenit. Jika satu jam atau satu menit terbuang maka akan hutang seterusnya, oleh sebab itu seorang pimpinan keperawatan diharapkan dapat mengatur waktu sehingga tidak banyak waktu yang terbuang dengan tanpa menghasilkan sesuatu.
Salah satu cara adalah dengan membuat prioritas, tergantung dari penting/ segera tidaknya masalah yang harus ditangani tersebut. Dengan membuat prioritas, seorang pimpinan diharapkan dapat mengatur waktu dengan baik.
 Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Seorang pimpinan keperawatan harus berfikir dan bertindak untuk mengatasi masalah. Mereka membuat keputusan berdasarkan tujuan untuk mengurangi kegagalan. Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistimatis terhadap sesuatu masalah yang dihadapi (Siagian, 1983).

PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUANGAN
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan disatu ruang rawat atau klinik
a. Persyaratan Kepala Ruangan
Merujuk dari pedoman uraian tugas tenaga perawatan di RS (depkes, 1994) persyaratan kepala ruangan adalah :
  Pendidikan minimal sarjana muda atau lulusan DIII Keperawatan
  Memiliki pengalaman sebagai pelaksana perawatan 2-3 tahun
  Memiliki sertifikat kursus manajemen keperawatan
  Memiliki kemampuan kepemimpinan
  Berwibawa
  Sehat

b. Tanggung jawab Kepala Ruang
  Secara administrasi dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang perawatan melalui kepala seksi perawatan
  Secara teknis medis operasional, bertanggung jawab kepada dokter penanggung jawab/ dokter yang berwenang/ kepala UPF

c. Tugas pokok Kepala Ruangan
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang rawat/ klinik yang berada di wilayah tanggung jawabnya.

d. Fungsi Kepala Ruangan
  Menentukan standart pelaksanaan kerja
  Memberi pengarahan ketua tim
  Supervisi dan evaluasi tugas staf

e. Uraian Tugas :
1. Perencanaan :
  Menunjuk ketua tim yang bertugas diruangan masing-masing
  Mengikuti serah terima klien dari shift sebelumnya
  Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim
  Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan dan penjadualan
  Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan
  Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
  Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
  Mengatur dan mengendalikan Asuhan keperawatan :
  Membantu pengembangan staf : pendidikan dan latihan dll
  Merencanakan bimbingan terhadap peserta didik keperawatan

2. Pengorganisasian :
  Merumuskan metode/ sistim penugasan yang digunakan
  Merumuskan tujuan sistim/ metoda
  Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
  Membuat rentang kendali : kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
  Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
  Mengaturr dan mengendalikan situasi lahan praktik
  Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
  Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
  Mengatur penugasan, jadwal pos dan pekarya
  Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan :
  Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
  Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
  Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
  Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan klien
  Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
  Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
  Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain 

4. Pengawasan :
  Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
  Melalui supervisi :
  Mengawasi peserta didik dari institusi pendidikan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program pendidikan yang telah ditentukan oleh institusi pendidikan
  Evaluasi : mengevaluasi upaya/ kerja pelaksana dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
  Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang perawatan
  Melaksanakan penilaian dan mencantumkannya kedalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3), bagi pelaksana perawatan dan tenaga lain diruang rawat/ klinik yang berada dibawah tanggung jawabnya, untuk berbagai kepentingan (kenaikan pangkat/ golongan dan melanjutkan pendidikan)
  Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien

  Mengawasi pelaksanaan sistim pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain diruang rawat/ klinik.

Created by Dwi Herawan

Kamis, 22 Januari 2009

STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


RENCANA STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

  1. Proses Keperawatan
    1. Kondisi klien adalah post partum ( anak pertama )
    2. Diagnosa keperawatan dalam rangka perawatan tali pusat
    3. Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam melaksanakan cara perawatan tali pusat
    4. Tindakan keperawatan adalah peawatan tali puasat pada bayi

  1. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

1.ORIENTASI

a. Salam Terapeutik : Memberi salam kepada klien (assalamualaikum, selamat pagi di sertai dengan mengulurkan tangan)

b. Evaluasi/Validasi : Menanyakan kembali topic yang diinginkan klien

(perawatan tali pusat pada bayi)

c. Kontrak : Topic : Perawatan tali pusat pada bayi

Waktu : jam 0700 wib

Tempat : ruang rawat bayi

d. Tujuan : Untuk menambah pengetahuan klien tentang perawatan ali pusat bayi

2.KERJA

Memberi penjelasan tentang materi yang ingin disampaikan

Perawatan tali pusat bayi :

a. Perlengkapan membersihkan tali pusat sediakan yaitu : kasa steril, alkohol, catombath/kapas lidi yang kering

b. bersihkan tali pusat dengan menggunakan sabun dan air ( saat mandi) kemudian keringkan tali pusat

c. Bersihkan tali pusat dari pangkal sampai ujung terlebih dahulu dengan catombath yang sudah di beri alkohol, lalu di sekitar pusat juga di bersihkan sekelilingnya dengan catombath

d. Bungkus tali pusat dengan kasa steril yang kering

3. TERMINASI

a.Evaluasi Respon Klien

Menanyakan kembali kepada klien apakah sudah mengerti atau belum dan meminta klien mengulang kembali materi yang telah dijelaskan,atau memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya.

b.Rencana Tindak lanjut

Mencontohkan kepada klien bagaimana aplikasi dari materi yang telah diberikan (mencontohkan bagaimana melakukan perawatan tali pusat pada bayi) dan meminta klien untuk mengulangnya kembali.

c. Kontrak Yang Akan Datang

a. Topic : Cara pemberian asi yang benar

b. Waktu : 13.00 wib

c. Tempat : Ruang rawat klien

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

( TEKNIK YANG DIGUNAKAN ADALAH WAWANCARA ( TANYA JAWAB))

Situasi :

“ Ibu astri, 27 tahun, post partum (anak pertama) ingin mengetahui tentang perawatan tali pusat pada bayi, dimana suster susan sebelumnya sudah menjalin hubungan saling percaya dengan ibu astri”

FASE ORIENTASI

Suster susan :” assalamualaikum bu……, selamat pagi (sambil mengulurkan tangan) ?”

Bu astri :” waalaikumusalam, pagi juga suster ( sambil tersenyum dan menjabat tangan ) “

Suster susan : bagaimana perasaan ibu astri hari ini ! adakah sesuatu yang menganjal di hati ibu astri selama menemani si kecil dan kita tidak bertemu, coba ibu ceritakan ? ( sambil memegang tangan bu astri)

Bu astri : alhamdulillah , senang suster, setelah lahirnya sibuah hati yang di impikan selama ini, oh ya suster ………. Saya masih belum jelas mengenai perawatan tali pusat bayi saya ini suster , saya kawatir jangan – jangan nanti malah kena infeksi?

Suster susan : o…ya, ibu sesuai dengan perjanjian kita kemaren, saya akan jelaskan apa aja yang belum ibu fahami,yaitu tentang perawatan tali pusat yang benar, begitu kan bu ?

Bu astri :” ya sus, saya masih bingung !!”

Suster susan : baiklah, saya akan coba jelaskan tentang perawatan tali pusat pada bayi, apakah ibu sudah siap untuk mendengarkannya?.

Bu astri : “ insyaallah sus”

FASE KERJA

Suster susan :” baiklah bu, perawatan tali pusat pada bayi sangat penting kita ketahui dan kita pahami agar bayi kita terbebas dari infeksi tetanus pada bayi.

Bu astri :”infeksi tetanus pada bayi sangat berbahaya ………., ya sus?”

Suster susan : benar bu, bisa berakibat kematian pada bayi ? nah., perawatan tali pusat kita laksanakan pada pagi hari setelah kita memandikan bayi kita.

Bu astri :” berarti sus, setelah selesai kita memandikan bayi kita , kita juga melakukan perawatan tali pusat ”

Suster susan : iya bu, sebelum kita melaksanakan nya, kita terlebih dahulu mempersiapkan alat – alatnya ? (sambil mempraktekkannya)

Buastri :” apa – apa saja persiapan alatnya sus..?

Suster susan : alat – alat yang akan kita persiapkan yaitu : kapas lidi, alcohol, kasa steril.

Bu astri: ( sambil meangguk angguk), caranya bagaimana sus……..?

Suster susan : pertama –tama setelah bayi selesai di mandikan , kita ambil kapas lidi lalu kita olesi alcohol kita mulai membersihkan nya dari pangkal tali pusat , di lanjutkan ke sekitar pusat kira – kira 10 cm sekelilingnya setelah itu kita bersihkan tali pusat sampai keujung. Sampai di sini ada yang mau di tanyakan bu astri?

Bu astri : oya , apakah kapas lidi tsb tidak boleh kita bolak balik dan harus kita tukar – tukar?

Suster susan : benar sekali bu nani, jadi setiap kita membersihkan nya, kita tukar dengan yng baru lagi dan jangan lupa juga bu, sebelum kita melakukannya tangan ibu harus bersih atau cuci tangan sebelum melaksanakan tindakan tsb,

Bu astri : bagai mana kelanjutannya sus……….?

Suster susan : maaf bu……, tadi pembicaraan kita sampai dimana ya bu……?

Bu astri : sampai kita membersihkan nya sampai ke ujung tali pusat

Suster susan : lalu kita bungkus dengan kain kasa steril. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita pasangkan, bagaimana bu …? Tidak sulit , bukan?

Bu astri : saya rasa, saya sudah bisa melakukannya, sus”

FASE TERMINASI

Suster susan : bagaimana ibu, apakah sudah mengerti dengan penjelasan saya

Bu astri:” sudah, sus”

Suster susan : apakah ibu bisa mengulang kembali yang telah saya jelaskan ?

Bu astri :” insyaallah bisa suss, pertama –tama setelah bayi selesai di mandikan , kita ambil kapas lidi lalu kita olesi alcohol kita mulai membersihkan nya dari pangkal tali pusat , di lanjutkan ke sekitar pusat kira – kira 10 cm sekelilingnya setelah itu kita bersihkan tali pusat sampai keujung, lalu kita bungkus dengan kain kasa steril. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita pasangkan.benar kan suster? ”

Suster susan : bagus sekali bu astri, sepertinya ibu telah mengerti dengan apa yang telah saya jelaskan ! atau mungkin ibu masih ingin bertanya ?

Bu astri : tidak suster,saya pikir cukup !

Suster susan :” ( tersenyum )”

Bu astri :” terima kasih ya,sus”

Suster susan : “ sama – sama bu “

Bu astri : “ suster susan,apakah saya bissa minta tolong lagi “

Suster susan : tentu bu,ibu mau minta tolong apa ?

Bu astri : “ saya ingin tau bagaimana cara menyusui yang baik “

Suster susan : ( tersenyum ) baiklah bu nani,kalau begitu saya akan datang lagi besok untuk menjelaskan bagaimana cara menyusui yang baik, ibu mau saya datang jam berapa ?

Bu astri : “ sama seperti hari ini saja,sus”

Suster susan : “baik bu,sampai bertemu besok !!”

Bu astri : “ ya, sus”

Suster susan : kalau begitu saya permisi dulu ya bu nani,selamat siang (tersenyum)!!

Bu astri : “ siang suster “

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PASIEN JIWA


Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).

Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

Tujuan Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

Jenis Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5) Waktu dan Relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6) Humor

Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

1) Lengkap

2) Ringkas

3) Pertimbangan

4) Konkrit

5) Jelas

6) Sopan

7) Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.

4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.

Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:

1) Adanya dokumen tertulis

2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman

3) Dapat meyampaikan ide yang rumit

4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan

5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai

6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.

7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian

8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:

1) Memakan waktu lama untuk membuatnya

2) Memakan biaya yang mahal

3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal

4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran

5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera

6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan

7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

1) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

2) Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.

3) Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.

4) Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.


5) Artifak

Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.

6) Logo dan Warna

Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.

7) Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).

1. Ikhlas (Genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati (Empathy)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

Fase - fase dalam komunikasi terapeutik

1. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

2. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

3. Penyelesaian (Termination)

Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

Faktor - faktor penghambat komunikasi

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):

1. Perkembangan.

2. Persepsi.

3. Nilai.

4. Latar belakang sosial budaya.

5. Emosi.

6. Jenis Kelamin.

7. Pengetahuan.

8. Peran dan hubungan.

9. Lingkungan.

10. Jarak.

11. CitraDiri.

12. Kondisi Fisik.


  1. nita

    kiriiiiim dunk

  2. imron46

    wah senada dengan saya nih, blog nya membahas komunikasi terapeutik, bisa tukeran backlink nich, tujuannya biar keperawatan makin dikenal masyarakat.

  3. loetfia dwi rahariyani

    Hai………saya juga penggemar komunikasi terapeutik……..cuma, saya tidak sependapat kalau komunikasi terapeutik hanya untuk perawat, semua tenaga kesehatan bisa menggunakan komunikasi ini, bahkan tidak hanya untuk pasien jiwa, semua kasus bisa juga menggunakannya, bahkan untuk kehidupan keluarga juga bisa…