Apakah anda tertarik dengan ilmu keperawatan?

Sabtu, 18 April 2009

Hipertensi Heart Failure


HIPERTENSI HEART FAILURE



1. Definisi
Menurut The Join National Committee on the Detection and Treatment of Hipertention-7 (JNC VII, 2003) hipertensi adalah kenaikan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan tekanan darah diastolic lebih besar atau sama dengan 90mmHg. 
Menurut Lembaga Kesehatan Nasional (The Nation Institutes of Health), mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik yang sama atau diatas 90 mmHg.
Apabila hipertensi tidak terkontrol menyebabkan kelainan pada organ-organ yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut, misalnya otak, jantung, ginjal, mata, aorta dan pembuluh darah tepi. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar timbulnya penyakit kardiovaskuler secara premature, penyakit pada jantung dan segala manifestasi kliniknya dinamakan panyakit jantung hipertensi (Gray, Huan, et. Al.2003).

2. Etiologi
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi dua:
1. Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita hipertensi yang ada di masyarakat. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari hipertensi primer ini.
2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya, seperti:
Kelainan ginjal:
- Glomerulonephritis akut (GNA)
- Glomerulonephritis kronis (GNC)
- Pyelonephritis kronis (PNC)
- Penyempitan arteri renalis

Kelainan hormonal:
- Diabetes mellitus
- Pil KB
- Phaecromacytoma (tumor adrenal)
Kelainan neurologis:
- Polyneuritis
- Poliomyelitis
Lain-lain:
- Obat-obatan
- Preeklamsi
- Koartasio aorta

Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal <> 12mm)
• Deep S wafe in lead V1
• Tall R wave in leads V5 or V6
• Biphasic P Wave in leads V4-V6
• ST-T invertion leads V4-V6 
4) Echocardiografi
• Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis, hipervolemia.
• Hipertrofi yang difus (konsentrik)
• Dilatasi ventrikel serta tekanan akhir diastolic ventrikel kiri meningkat.
• Tanda-tanda iskemia seperti hiperkinesis dan pada stadium lanjut adanya diskinetik juga dapat terlihat pada elektrokardiogram.

6. Penatalaksanaan 
a. Penatalaksanaan medis
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu :
• Menurunkan tekanan darah menjadi normal, Sistolik 130-140 mmHG, dan diastolic 60-90 mmHg
• Mengobati payah jantung karena hipertensi
• Mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler
• Menurunkan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinjau dari 3 faktor fisiologis yaitu :
• Menurunkan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan diuretic.
• Menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovaskuler terhadap rangsangan adrenergic dengan obat dari golongan anti simpatis.
• Menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
Diuretik :
• Menurunkan kadar Na ekstra maupun intra seluler
• Menurunkan reaktivitas kardiovaskuler terhadap nor-adrenalin
• Terbukti dapat menurunkan insiden stroke
• Dosis kecil, sebaiknya secara berkala (intermitten)
• Efektif, sekali pemberian
• Efek samping:
o Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
o Intoleransi glukosa
o Meningkatkan kadar asam urat
o Dislipidemia
o Alkalosis metabolic
o Yang sering digunakan:
• Hidrochlortiazid (HCT)
- Dosis 6,25-12,5 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan ACE inhibitor atau angiotensin reseptor blocker (ARB), beta blocker dan alfa blocker
• Furosemide
- Dosis 20-40 mg/hari
- Diberikan pada hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal, hiperurisemia, gagal jantung, DM yang belum teregulasi, dan dislipidemia
- Dapat dikombinasi terutama dengan ACE inhibitor/ARB, dapat juuga dengan beta blocker dan alfa blocker
• Spironolacton
- Dosis 25-100 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan HCT maupun furosemid
- Merupakan diuretika yang lemah
- Hindari pada gangguan fungsi ginjal (krreatinin serum > 2,5 mg/dl) dan hati-hati bila dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, akan menyebabkan hiperkalemia
- Disfungsi seksual pada pria
• Beta Blocker
o Menurunkan aktivitas simpatis
o Kardioprotektiv dan anti angina
o Pemberiannya dapat satu kali sehari
o Efek samping:
 Dapat mengganggu homeostasis glokusa
 Dislipidemia teritama trigliserida
 Dapat menurunkan aliran darah ke ginjal. Kecuali golongan pindolol dan carvedilol
 Klaudikasio intermitten
 Bradikardia dan gagal jantung
o Yang sering digunakan
 Atenolol :
- Dosis 1x25-100 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan diuretika (terutama HCT dosis rendah), kalsium antagonis (golongan dihidropiridin, terutama yang long acting), alfa blocker
- Pada kondisi tertentu dapt dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB meskipun secara farmakodinamis kurang rasional.
• Bisoprolol
- Dosis 1x5-10 mg/hari
- Seperti halnya atenolol, dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
- Efek simpatolitiknya lebih besar dari pada atenololkarena dapat menembus blood brain barier.
• Propanolol
- Dosis 2x20-40mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
- Efek simpatolitiknya palung besar
• KalsiumAntagonis
o Menurunkan tahanan perifer, meningkatkan aliran darah ke ginjal, tidak mempengaruhi aktivitas system RAA (golongan non dihidropiridin atau dihidropiridin yang long acting)
o Mempunyai efek renoprotektif yaitu dengan menurunkan tekanan di glomerulus
o Tidak mempunyai efek metabolic dan keseimbangan elektrolit
o Dapat diberikan satu kali sehari pada yang long acting
o Sering diggunakan pada hipertensi dengan COPD
o Efek samping:
 Inotropik dan khronotropik negative
 Golongan dihidropiridin yang bekerjanya pendek dapat meningkatkan aktivitas simpatis dan retensi Na
 Berdebar, sakit kepala, dan edema perifer
o Yang sering digunakan:
 Nifedipine (Golongan dihidropiridin)
• Dosis 3x5-10 mg/hari
• Dosis yang long acting (OROS/GITS) 1x20-30 mg/hari
• Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, beta blocker
 Amlodipin (golongan dihidropiridin) :
• Dosis 3x5-10mg/hari
• Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB atau beta blocker 
 Diltiasem (golongan nondihiropiridin)
• Dosis 3x30-60 mg/hari
• Sering digunakan pada hipertensi dengan angina pectoris
• Dosis yang long acting 2x60-90 mg/hari atau 1x80 mg/hari
• Dapat dikombinasi denhan ACE inhibitor/ARB
 Verapamil (golongan non dihidropiridin)
• Dosis 2x40-80 mg/hari
• Dosis yang long acting 1x360 mg/hari
• Sering digunakakn pada hipertensi dengan angina pectoris. Tachicardi supraventrikuler, atau COPD.
• ACE inhibitor/ARB
o Menghambat bekerjanya ACE yang merubah Angiotensin 1 menjadi Angiotensin II
o Mempunyai sifat renoprotektif dan memperbaiki resistensi insulin
o Meningkatkan kemampuan fungsi jantungdan mempunyai sifat kardioprotektif
o Tidak menurunkan aliran darah ke otak, arteri koroner maupun ginjal
o Tidak berpengaruh pada kecepatan denyut jantung dan curah jantung
o Dapat menurunkan tahanan perifer
o Efek Samping:
 Batuk, sakit kepala, dan hipotensi
 Skin rash dan gagal ginjal akut (jarang, terutama pada stenosis arteri renalis bilateral, dan pemberian dosis tinggi yang tergesa-gesa pada gagal jantung)
o Yang sering digunakan:
 Captopril :
• Dosis 2-3x12,5-25 mg/hari
• Pemberiannya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
• Sering dikombinasi dengan HCT atau kalsium antagonis
• Pada kondisi tertentu dapat dikombinasi dengan beta blocker meskipun kurang rasional
 Lisinopril:
• Dosis 1-2x5-10 mg/hari
• Pemberiannya tidak dipengaruhi oleh makanan
• Hal yang lain sama dengan captopril
• Alfa Blocker
o Menghambat reseptor alfa 1 diotot polos pembuluh darah
o Terutama untuk menurunkan tekanan diastolic
o Sering dikombinasi dengan diuretika atau beta blocker
o Jarang digunakan sebagai pilihan utama karena mempunyai efek samping yang sering mengganggu yaitu hipotensi postural, palpitasi dan sakit kepala
o Dapat memperbaiki profil lipid, memperbaiki toleransi glukosa, memperbaiki keluhan prostat pada glukosa
o Yang sering digunakan:
 Prazosin:
• Dosis 2 – 3 x 1 – 4 mg/hari
• Dosis awal ½ - 1 mg/hari sebelum tidur malam dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah terjadinya hipotensi postural
 Doxazosin: 
• Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
• Dosis dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah hipotensi postural  
 Terazosin:
• Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
• Untuk mencegah terjadinya hipotensi postural dosis dinaikkan secara titrasi 
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
(British hypertension Society guidelines : lifestyle modification fir primary prevention and treatment of hypertention)
• Maintain normal body weight for adults (body mass index 20-25 kg/m2)
• Reduce diatary sodium intake to <100 spo2 =" 95-100%" abg =" P02" pc02 =" 35-45" ph =" 7,35-7,45" hb =" 12" spo2 =" 95-100%" abg =" P02" pc02 =" 35-45" ph =" 7,35-7,45" hb =" 12"> 55%, kardiomegali Backward failure

Tekanan ventrikel kiri

Tekanan atrium kiri

Bendungan paru
 Gangguan pertukaran gas






14/04
2009
09.00







 Data Subyektif
 Klien mengatakan cepat lelah
Data Obyektif
 Tampak lemah
 Hipertensi ortostatik
 ADL di bantu Volume sekuncup menurun

Suplai oksigen ke jaringan menurun

Vasokontriksi perifer

Perfusi jaringan /otot rangka menurun

Kelemahan/keletihan
 Intoleransi aktifitas
14/04
2009
09.00 Data Subyektif
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
Data Obyektif
 Oedema kaki
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc

























 Volume sekuncup menurun


Kelebihan 
volume cairan





 

DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
3. Intoleransi aktifitas b.d penurunan curah jantung, ketidakseimbangan antara suplay atau kebutuhan O2, kelemahan umum, tirah baring lama/ immobilisasi
4. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine
























 
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
14-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 1. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
2. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
3. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
4. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
5. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1-5


14-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 1. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
2. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
3. Dorong perubahan posisi 
4. Evaluasi perubahan hasil GDA
5. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
6. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
7. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30
07.45

08.00

08.30

09.00
10.00 1. Mengauskultasi bunyi nafas (ronkhi)
2. Menganjurkan batuk efektif dan nafas dalam
3. Mendorong perubahan posisi 

4. Mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
5. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
6. Memberikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
Furosemid 1 Ampul.
Ventolin 2,5 ml nebulizer
  S :
 Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-7

14-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine
 1. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
2. Tampung produksi urine dalam 24 jam
3. Berikan diuretic sesuai instruksi
4. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
5. Monitor serum dan elektrolit urine
6. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 07.30

08.00

08.10
08.30

09.00

11.00 1. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
2. Menampung produksi urine dalam 24 jam
3. Memberikan diuretic sesuai instruksi
4. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
5. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
6. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
15-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 6. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
7. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
8. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
9. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
10. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lebih baik
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-5

15-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 8. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
9. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
10. Dorong perubahan posisi 
11. Evaluasi perubahan hasil GDA
12. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
13. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
14. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 7. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
8. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
9. Dorong perubahan posisi 
10. Evaluasi perubahan hasil GDA
11. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
12. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
13. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
  S :
 Klien mengatakan sudah tidak sesak 
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi 
P : Intervesni dihentikan 

15-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine

 7. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
8. Tampung produksi urine dalam 24 jam
9. Berikan diuretic sesuai instruksi
10. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
11. Monitor serum dan elektrolit urine
12. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 - Strees
- ila pasi 7. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
8. Menampung produksi urine dalam 24 jam
9. Memberikan diuretic sesuai instruksi
10. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
11. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
12. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 
 S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
16-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 11. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
12. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
13. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
14. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
15. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1-5


16-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 15. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
16. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
17. Dorong perubahan posisi 
18. Evaluasi perubahan hasil GDA
19. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
20. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
21. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 14. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
15. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
16. Dorong perubahan posisi 
17. Evaluasi perubahan hasil GDA
18. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
19. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
20. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
  S :
 Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-7

16-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine

 13. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
14. Tampung produksi urine dalam 24 jam
15. Berikan diuretic sesuai instruksi
16. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
17. Monitor serum dan elektrolit urine
18. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 13. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
14. Menampung produksi urine dalam 24 jam
15. Memberikan diuretic sesuai instruksi
16. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
17. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
18. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 
 S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6




   
5 1. 



Created By Dwi Herawan..(Bioners 07)

Peran dan fungsi manajer


PEMBAHASAN

PERAN DAN FUNGSI MANAJER

Manajemen adalah suatu proses interaksi sosio-teknik yang terjadi dalam organisasi formal dengan tujuan untuk mencapai tujuan organisasi yang ditentukan melalui penggunaan sumber-sumber orang lain (Burgess, 1988).
Secara skematis proses manajemen dapat diilustrasikan sebagai berikut :
INPUT THROUGH-PUTS OUTPUT  
Sumber-sumber Proses sosio-teknik Tujuan
   


  Feed back
Input dalam manajemen terdiri dari :
  Manusia (man-power)
  Uang (money)
  Materi (material)
  Mesin (machinery)
  Metode (methoda)
Through-put adalah proses manajemen yang meliputi :
  Pengambilan keputusan
  Perencanaan
  Pengawasan
  Pengorganisasian
  Staffing dan directing

Output adalah tujuan dalam hal ini pelayanan keperawatan, misalnya :
  Pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi
  Efisiensi dalam pelayanan
  Pegawai (staf) yang berkompeten dan adekuat

Berbagai pendapat dari beberapa ahli administrasi dikemukakan dalam mengidentifikasi fungsi-fungsi manajemen yang pada intinya adalah perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan dan pengawasan.

Seorang manajer dalam mengerjakan kelima fungsinya tersebut sehari-hari akan bergerak dalam berbagai bidang seperti bidang penjualan/ pemasaran, pembelian, produksi, keuangan, personalia dll.

Dibawah ini sedikit uraian tentang fungsi manajer dalam bidang-bidang manajemen, misalnya :
  Dalam bidang pemasaran, seorang manajer harus mengusahakan agar hasil-hasil produksinya dapat disalurkan dengan saluran-saluran distribusi yang tepat sehingga harga penjualan dapat dijangkau oleh konsumen.
  Dalam bidang pembelian, manajer harus berusaha agar bahan-bahan yang dibeli pada tempat dan waktu yang tepat serta harga yang tepat pula sehingga tidak mengganggu proses dalam bidang produksi.
  Dalam bidang produksi, seorang manajer harus berusaha agar dapat memproduksikan suatu produk dengan kualitas yang baik dalam jumlah yang diinginkan dan waktu yang tepat serta biaya yang seringan mungkin (efektif dan efisien) dan dengan teknik-teknik produksi yang memudahkan pekerjaan pegawai.
  Dalam bidang keuangan, para manajer harus berusaha agar posisi keuangannya setiap saat dapat membiayai kegiatan-kegiatannya sehari-hari seperti pembayaran gaji, pembelian bahan-bahan, pembayaran hutang-hutang dll.
  Dalam bidang personalia, para manajer harus berusaha agar memperoleh tenaga yang kompeten sehingga dapat bekerja dengan kualitas yang diinginkan.




TINGKAT-TINGKAT DARI MANAJER

Suatu organisasi yang mempunyai berbagai anggota dengan kualifikasi membutuhkan tinggkat-tingkat tertentu dalam administrasi dan managerialnya seperti yang dirumuskan oleh Burgess (1988) sebagai berikut :

  Top manajer
   
  Middle manager
   
  First line/ supervisor manager  


  Non manager/ rank & file manager

Masing-masing tingkat manajer melakukan fungsi yang sama hanya corak kegiatannya yang berbeda, sesuai dengan tingkatan manajer itu dalam organisasi. First line/ supervisor manajer adalah pemimpin langsung dan bertanggung jawab untuk kelancaran & keberhasilan pekerjaan karena mereka sangat dekat dan langsung memimpin.

TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANGAN
Tanggung jawab kepala ruangan yang dapat diidentifikasi sesuai dengan perannya meliputi hal-hal dibawah ini :
1. Manajemen personalia/ ketenagaan meliputi : penerimaan, seleksi, orientasi, pengembangan tenaga, penilaian penampilan kerja, promosi dan penyediaan ketenagaan staf keperawatan.
2. Manajemen operasional, meliputi : perencanaan, pengorganisasian dan pengarahan pelayanan keperawatan.
3. Manajemen kualitas pelayanan yang meliputi : pengembangan standar asuhan keperawatan, program kendali mutu, program evaluasi teman dan persiapan untuk akreditasi pelayanan keperawatan.
4. Manajemen financial, meliputi : budget, “cost control” dalam pelayanan keperawatan.

Stoner (1985) menyampaikan bahwa sebaiknya seorang pengelola (manajer) keperawatan mendorong anggota organisasinya untuk melaksanakan melalui :
1. Membuat kebijakan yang jelas yang mendorong perilaku etikal
2. Tanggung jawab kedisiplinan
3. Menyebarluaskan kode etik melalui teknik belajar yang aktif
4. Mendorong staf untuk menambah pengetahuannya mengikuti kursus-kursus manajemen pada sekolah-sekolah atau yang mengadakan kursus tentang legal dan etik profesi/ organisasi.

Jadi pada dasarnya seorang kepala ruangan harus memegang teguh nilai-nilai serta standar etika pada setiap perilakunya yang mana hal ini akan mempengaruhi mutu pelayanan keperawatan yang menjadi tanggung jawabnya, oleh sebab itu sebaiknya selain kode etik keperawatan untuk perawat pada umumnya juga kode etik bagi pengelola keperawatan (nurse administrators) perlu diadakan.

PERAN SEORANG MANAJER
Burgess (1988) menyimpulkan bahwa peran seorang manajer/ pimpinan ada 3 (tiga) kategori :

1. Peran interpersonal
  Peran seorang kepala  sebagai symbol pimpinan organisasi dengan pekerjaan-pekerjaan rutin organisasi
  Peran seorang pemimpin  bertanggung jawab untuk memberi motivasi dan mengaktifkan anggotanya
2. Peran informasional
  Peran monitor  mencari dan menerima berbagai informasi untuk mengembangkan organisasi, merupakan pusat syarat informasi internal dan eksternal
  Peran desiminator  menginterpretasikan dan menstranformasikkan informasi-informasi yang diperoleh dari luar maupun dalam organisasi kepada anggota-anggotanya.
3. Peran pembicara
  Meneruskan informasi kepada orang lain tentang rencana organisasi, policy, pekerjaan, hasil dll.
4. Peran decisional
  Yaitu mengambil keputusan untuk mengatasi permasalahan.
Setelah melihat bagaimana pentingnya peran seorang manajer dalam suatu organisasi maka dalam keperawatan diperlukan kepemimpinan yang berkualitas tinggi dalam keperawatan sehingga menghasilkan pelayanan keperawatan yang tinggi mutunya.
Pimpinan keperawatan merupakan posisi kunci yang langsung berhubungan dengan pelayanan keperawatan. Manajer keperawatan bertanggung jawab untuk menghubungkan institusi dengan klien. Mereka harus mengerti bagaimana perawatan yang baik untuk klien sesuai dengan tujuan institusi. Kekomplekan dan pentingnya fungsi dari seorang pimpinan keperawatan terlihat dari uraian dibawah ini.

Keperawatan adalah suatu departemen (bagian) yang terbesar dari setiap RS. Sebagai bagian yang paling besar dengan anggota yang banyak keperawatan dipimpin oleh seorang pemimpin/ direktur keperawatan yang dibantu oleh beberapa keperawatan dibawahnya. Pimpinan keperawatan (nurse manager) melakukan kontak dengan klien langsung dan tidak langsung, walaupun mereka jarang memberikan asuhan keperawatan yang langsung kepada klien, menerima laporan tentang keadaan klien, menjawab pertanyaan dan permintaan dari staf keperawatan, klien dan keluarganya. Yang paling penting dia bertanggung jawab terhadap pelayanan keperawatan yang diberikan oleh semua perawat dibawahnya. Berarti dia harus melakukan sesuatu untuk mendorong semua stafnya untuk mempunyai kemampuan yang tinggi dengan menjaga keamanan dan kenyamanan klien.

Pimpinan keperawatan mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap klien meskipun mereka kelihatan jauh dari klien.
Pengorganisasian dalam keperawatan dapat dilakukan secara sentralisasi dan desentralisasi. Pimpinan keperawatan berinteraksi dengan staf keperawatan dan klien untuk mengatur unit keperawatan dan bertanggung jawab untuk memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu serta menerima konsekuensi-konsekuensi cacian atau pujian.
Secara singkat disebutkan bahwa nilai-nilai kepala ruangan mempengaruhi perilaku kepala ruangan sebagai berikut :
1. Karu adalah seseorang yang mau bekerja keras “ambitions”
2. Seorang terbuka
3. Seorang yang mampu dalam bidangnya
4. Seorang yang rileks dan gembira
5. Seorang yang bersih dan rapi
6. seorang yang tegas
7. Seorang yang mau memberi maaf pada orang lain
8. Suka membantu dan memperjuangkan kesejahteraan orang lain
9. Ramah tamah
10. Kreatif
11. Independen
12. Intelektual
13. Berpikiran logis dan rasional
14. Penuh kasih saying
15. Respek dan penuh perhatian
16. Sopan santun
17. Bertanggung jawab
18. Disiplin dan kontrol diri yang baik
Untuk itu sebagai seorang pimpinan keperawatan diharapkan mempunyai kemampuan :
1. Dapat mawas diri
2. Mampu mengatur antara pekerjaan, tugas-tugasnya dan kehidupan keluarga
3. Mempunyai pengalaman yang luas dan banyak
4. Mempunyai sensitifitas interpersonal
5. Berani mengambil resiko
6. Mampu membimbing
7. Mempunyai metode untuk mengkritik diri dan mendisiplinkan diri
8. Selalu ingin tahu
9. Mempunyai tingkah laku selalu ingin mencoba
10. Toleransi tinggi
11. Bersedia dipanggil setiap saat

Adapun hal-hal yang harus dilakukan untuk menjadi seorang pimpinan keperawatan yang sukses adalah :
1. Meluaskan pandangan, pandangan hari ini kemasa depan
2. Melihat gambaran yang besar dengan membaca mass media, menghadiri seminar-seminar dan meningkatkan pengetahuannya
3. Mengetahui posisi diri
4. Sensitif melihat masalah dan melihat pengaruhnya dimasa depan 
5. Mengikuti kecenderungan atau perubahan-perubahan
6. Mempelajari alat/ hal-hal apa yang kita kuasai
7. Berfikir terus menerus
8. Pendengaran yang baik
9. Melihat/ memperhitungkan waktu
10. Mempelajari peraturan
11. Mengembangkan keadaan yang tidak menentang dan emosional
12. Mencegah merendahkan orang lain
13. Menggunakan kontak mata
14. Struktur profesional
15. Belajar hidup dari ketidaknyamanan
16. Antusias dan hangat
17. Belajar mempercayai
18. Melihat pekerjaan sebagai karir
19. Jangan menolak kekuasaan diri
20. Mengembangkan “support group”
21. Empati
22. Meningkatkan harga diri
23. Gembira
24. Berusaha maju
25. Menjadi seorang pemimpin
KOMPETENSI YANG HARUS DIMILIKI OLEH MANAJER DALAM MANAJEMEN KEPERAWATAN
1. Ketrampilan komunikasi
Salah satu kemampuan yang terpenting dari seorang pemimpin keperawatan adalah melakukan komunikasi yang efektif baik secara tertulis maupun lisan
Berrbagai teknik dapat digunakan dimana pimpinan keperawatan dapat berkomunikasi dengan staf, misalnya : bimbingan, konseling, mengatasi masalah-masalah kepegawaian.
 Seorang pimpinan keperawatan harus selalu melakukan komunikasi dengan berbagai individu, misalnya : klien dan keluarganya, pagawai-pegawainya, kelompok stafnya, personil administrasi, staf medis dan petugas kesehatan lainnya.
Pimpinan keperawatan harus mampu mengemukakan ide-idenya dan rencana-rencana baik secara lisan maupun tertulis dan mampu mendengar dengan baik dan penuh perhatian. Hal ini bukan tugas kecil, kesuksesan dari tugas-tugas manajemen sangat tergantung pada kemampuan melakukan komunikasi ini.
 
2. Kemampuan memberi motivasi kepada staf
Seorang pimpinan bertanggung jawab agar pekerjaan dapat diselesaikan secara efektif oleh orang lain, untuk itu sangat perlu dimengerti oleh kedua belah pihak apa tujuannya/ keinginannya sehingga dia turut berusaha mencapai tujuan organisasi. Pimpinan harus memiliki kemampuan untuk menjalankan kerjasama dan menyesuaikan antara kebutuhan pegawainya dan tugas organisasi.
3. Ketrampilan kepemimpinan
Kepemimpinan merupakan motor penggerak bagi sumber-sumber dan alat-alat manusia dan alat-alat lainnya dalam suatu organisasi (Siagian, 1983).
Dikatakan bahwa “kesuksesan seorang pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinannya terutama ditentukan oleh keahliannya menggerakkan orang lain untuk bekerja dengan baik (managerial skills)”. Untuk itu pimpinan tidak melaksanakan tindakan-tindakan yang bersifat operasional, tetapi mengambil keputusan, menentukan kebijaksanaan dan menggerakkan orang lain untuk melaksanakan keputusan yang telah diambil sesua dengan kebijaksanaan yang telah digariskan.
Kepemimpinan seseorang harus diakui dan diterima oleh para bawahannya sehingga wewenangnya untuk memimpin, keinginan-keinginannya yang hendak direalisasikan, dimanifestasikan oleh kerelaan dan kemampuan bawahan untuk melaksanakannya sesuai dengan keinginan pimpinan tersebut.
Menurut Siagian (1983) beberapa sifat kepemimpinan yang baik antara lain:
  Memiliki kondisi fisik yang sehat sesuai dengan tugasnya
  Berpengetahuan luas
  Mempunyai keyakinan bahwa organisasi akan berhasil mencapai tujuan yang telah ditentukan melalui dan berkat kepemimpinannya.
  Mengetahui dengan jelas sifat hakiki dan komplesitas daripada tujuan yang hendak dicapai.
  Memiliki stamina (daya kerja) dan antusias yang besar.
  Cepat dan gemar mengambil keputusan yang tepat.
  Obyektif dalam menguasai emosi dan rasional
  Adil dalam memperlakukan bawahan 
  Menguasai prinsip-prinsip “human relation”
  Menguasai teknik-teknik berkomunikasi
  Dapat dan mampu bertindak sebagai penasehat, guru dan kepala terhadap bawahannya tergantung atas situasi dan masalah yang dihadapi.
  Mempunyai gambaran yang menyeluruh tentang semua aspek kegiatan organisasi.
4. Ketrampilan mengatur waktu
Waktu merupakan sumber yang tidak dapat ditawar oleh pimpinan keperawatan. Waktu tidak dapat ditumpuk seperti uang atau material. Kita harus menggunakannya dengan masa yang tepat yaitu 60 detik permenit. Jika satu jam atau satu menit terbuang maka akan hutang seterusnya, oleh sebab itu seorang pimpinan keperawatan diharapkan dapat mengatur waktu sehingga tidak banyak waktu yang terbuang dengan tanpa menghasilkan sesuatu.
Salah satu cara adalah dengan membuat prioritas, tergantung dari penting/ segera tidaknya masalah yang harus ditangani tersebut. Dengan membuat prioritas, seorang pimpinan diharapkan dapat mengatur waktu dengan baik.
 Pemecahan masalah dan pengambilan keputusan
Seorang pimpinan keperawatan harus berfikir dan bertindak untuk mengatasi masalah. Mereka membuat keputusan berdasarkan tujuan untuk mengurangi kegagalan. Pada hakikatnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistimatis terhadap sesuatu masalah yang dihadapi (Siagian, 1983).

PERAN DAN FUNGSI KEPALA RUANGAN
Kepala ruangan adalah seorang tenaga perawatan professional yang diberi tanggung jawab dan wewenang dalam mengelola kegiatan pelayanan keperawatan disatu ruang rawat atau klinik
a. Persyaratan Kepala Ruangan
Merujuk dari pedoman uraian tugas tenaga perawatan di RS (depkes, 1994) persyaratan kepala ruangan adalah :
  Pendidikan minimal sarjana muda atau lulusan DIII Keperawatan
  Memiliki pengalaman sebagai pelaksana perawatan 2-3 tahun
  Memiliki sertifikat kursus manajemen keperawatan
  Memiliki kemampuan kepemimpinan
  Berwibawa
  Sehat

b. Tanggung jawab Kepala Ruang
  Secara administrasi dan fungsional bertanggung jawab kepada kepala bidang perawatan melalui kepala seksi perawatan
  Secara teknis medis operasional, bertanggung jawab kepada dokter penanggung jawab/ dokter yang berwenang/ kepala UPF

c. Tugas pokok Kepala Ruangan
Mengawasi dan mengendalikan kegiatan pelayanan keperawatan diruang rawat/ klinik yang berada di wilayah tanggung jawabnya.

d. Fungsi Kepala Ruangan
  Menentukan standart pelaksanaan kerja
  Memberi pengarahan ketua tim
  Supervisi dan evaluasi tugas staf

e. Uraian Tugas :
1. Perencanaan :
  Menunjuk ketua tim yang bertugas diruangan masing-masing
  Mengikuti serah terima klien dari shift sebelumnya
  Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi dan persiapan pulang bersama ketua tim
  Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan aktifitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur penugasan dan penjadualan
  Merencanakan jumlah dan jenis peralatan keperawatan yang diperlukan sesuai kebutuhan
  Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan
  Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi, tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan dan mendiskusikan dengan dokter tentang tindakan yang akan dilakukan terhadap klien
  Mengatur dan mengendalikan Asuhan keperawatan :
  Membantu pengembangan staf : pendidikan dan latihan dll
  Merencanakan bimbingan terhadap peserta didik keperawatan

2. Pengorganisasian :
  Merumuskan metode/ sistim penugasan yang digunakan
  Merumuskan tujuan sistim/ metoda
  Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas
  Membuat rentang kendali : kepala ruangan membawahi 2 ketua tim dan ketua tim membawahi 2-3 perawat
  Mengatur dan mengendalikan tenaga keperawatan : membuat roster dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari dll
  Mengaturr dan mengendalikan situasi lahan praktik
  Mendelegasikan tugas saat kepala ruang tidak berada ditempat kepada ketua tim
  Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus administrasi klien
  Mengatur penugasan, jadwal pos dan pekarya
  Mengidentifikasi masalah dan cara penanganan
3. Pengarahan :
  Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim
  Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas dengan baik
  Memberi motivasi dalam meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan sikap
  Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan berhubungan dengan asuhan keperawatan klien
  Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan
  Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam melaksanakan tugasnya
  Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain 

4. Pengawasan :
  Melalui komunikasi : mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien
  Melalui supervisi :
  Mengawasi peserta didik dari institusi pendidikan untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai tujuan program pendidikan yang telah ditentukan oleh institusi pendidikan
  Evaluasi : mengevaluasi upaya/ kerja pelaksana dan membandingkan dengan rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim
  Melaksanakan penilaian terhadap upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan dibidang perawatan
  Melaksanakan penilaian dan mencantumkannya kedalam daftar penilaian pelaksanaan pekerjaan pegawai (DP3), bagi pelaksana perawatan dan tenaga lain diruang rawat/ klinik yang berada dibawah tanggung jawabnya, untuk berbagai kepentingan (kenaikan pangkat/ golongan dan melanjutkan pendidikan)
  Mengawasi dan mengendalikan pendayagunaan peralatan perawatan serta obat-obatan secara efektif dan efisien

  Mengawasi pelaksanaan sistim pencatatan dan pelaporan kegiatan asuhan keperawatan serta mencatat kegiatan lain diruang rawat/ klinik.

Created by Dwi Herawan