Apakah anda tertarik dengan ilmu keperawatan?

Kamis, 22 Januari 2009

STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK


RENCANA STRATEGI KOMUNIKASI TERAPEUTIK

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN SETIAP HARI

  1. Proses Keperawatan
    1. Kondisi klien adalah post partum ( anak pertama )
    2. Diagnosa keperawatan dalam rangka perawatan tali pusat
    3. Tujuan khusus adalah klien dapat memahami dan mandiri dalam melaksanakan cara perawatan tali pusat
    4. Tindakan keperawatan adalah peawatan tali puasat pada bayi

  1. Strategi komunikasi dalam pelaksanaan tindakan keperawatan

1.ORIENTASI

a. Salam Terapeutik : Memberi salam kepada klien (assalamualaikum, selamat pagi di sertai dengan mengulurkan tangan)

b. Evaluasi/Validasi : Menanyakan kembali topic yang diinginkan klien

(perawatan tali pusat pada bayi)

c. Kontrak : Topic : Perawatan tali pusat pada bayi

Waktu : jam 0700 wib

Tempat : ruang rawat bayi

d. Tujuan : Untuk menambah pengetahuan klien tentang perawatan ali pusat bayi

2.KERJA

Memberi penjelasan tentang materi yang ingin disampaikan

Perawatan tali pusat bayi :

a. Perlengkapan membersihkan tali pusat sediakan yaitu : kasa steril, alkohol, catombath/kapas lidi yang kering

b. bersihkan tali pusat dengan menggunakan sabun dan air ( saat mandi) kemudian keringkan tali pusat

c. Bersihkan tali pusat dari pangkal sampai ujung terlebih dahulu dengan catombath yang sudah di beri alkohol, lalu di sekitar pusat juga di bersihkan sekelilingnya dengan catombath

d. Bungkus tali pusat dengan kasa steril yang kering

3. TERMINASI

a.Evaluasi Respon Klien

Menanyakan kembali kepada klien apakah sudah mengerti atau belum dan meminta klien mengulang kembali materi yang telah dijelaskan,atau memberi kesempatan kepada klien untuk bertanya.

b.Rencana Tindak lanjut

Mencontohkan kepada klien bagaimana aplikasi dari materi yang telah diberikan (mencontohkan bagaimana melakukan perawatan tali pusat pada bayi) dan meminta klien untuk mengulangnya kembali.

c. Kontrak Yang Akan Datang

a. Topic : Cara pemberian asi yang benar

b. Waktu : 13.00 wib

c. Tempat : Ruang rawat klien

TEKNIK KOMUNIKASI TERAPEUTIK

( TEKNIK YANG DIGUNAKAN ADALAH WAWANCARA ( TANYA JAWAB))

Situasi :

“ Ibu astri, 27 tahun, post partum (anak pertama) ingin mengetahui tentang perawatan tali pusat pada bayi, dimana suster susan sebelumnya sudah menjalin hubungan saling percaya dengan ibu astri”

FASE ORIENTASI

Suster susan :” assalamualaikum bu……, selamat pagi (sambil mengulurkan tangan) ?”

Bu astri :” waalaikumusalam, pagi juga suster ( sambil tersenyum dan menjabat tangan ) “

Suster susan : bagaimana perasaan ibu astri hari ini ! adakah sesuatu yang menganjal di hati ibu astri selama menemani si kecil dan kita tidak bertemu, coba ibu ceritakan ? ( sambil memegang tangan bu astri)

Bu astri : alhamdulillah , senang suster, setelah lahirnya sibuah hati yang di impikan selama ini, oh ya suster ………. Saya masih belum jelas mengenai perawatan tali pusat bayi saya ini suster , saya kawatir jangan – jangan nanti malah kena infeksi?

Suster susan : o…ya, ibu sesuai dengan perjanjian kita kemaren, saya akan jelaskan apa aja yang belum ibu fahami,yaitu tentang perawatan tali pusat yang benar, begitu kan bu ?

Bu astri :” ya sus, saya masih bingung !!”

Suster susan : baiklah, saya akan coba jelaskan tentang perawatan tali pusat pada bayi, apakah ibu sudah siap untuk mendengarkannya?.

Bu astri : “ insyaallah sus”

FASE KERJA

Suster susan :” baiklah bu, perawatan tali pusat pada bayi sangat penting kita ketahui dan kita pahami agar bayi kita terbebas dari infeksi tetanus pada bayi.

Bu astri :”infeksi tetanus pada bayi sangat berbahaya ………., ya sus?”

Suster susan : benar bu, bisa berakibat kematian pada bayi ? nah., perawatan tali pusat kita laksanakan pada pagi hari setelah kita memandikan bayi kita.

Bu astri :” berarti sus, setelah selesai kita memandikan bayi kita , kita juga melakukan perawatan tali pusat ”

Suster susan : iya bu, sebelum kita melaksanakan nya, kita terlebih dahulu mempersiapkan alat – alatnya ? (sambil mempraktekkannya)

Buastri :” apa – apa saja persiapan alatnya sus..?

Suster susan : alat – alat yang akan kita persiapkan yaitu : kapas lidi, alcohol, kasa steril.

Bu astri: ( sambil meangguk angguk), caranya bagaimana sus……..?

Suster susan : pertama –tama setelah bayi selesai di mandikan , kita ambil kapas lidi lalu kita olesi alcohol kita mulai membersihkan nya dari pangkal tali pusat , di lanjutkan ke sekitar pusat kira – kira 10 cm sekelilingnya setelah itu kita bersihkan tali pusat sampai keujung. Sampai di sini ada yang mau di tanyakan bu astri?

Bu astri : oya , apakah kapas lidi tsb tidak boleh kita bolak balik dan harus kita tukar – tukar?

Suster susan : benar sekali bu nani, jadi setiap kita membersihkan nya, kita tukar dengan yng baru lagi dan jangan lupa juga bu, sebelum kita melakukannya tangan ibu harus bersih atau cuci tangan sebelum melaksanakan tindakan tsb,

Bu astri : bagai mana kelanjutannya sus……….?

Suster susan : maaf bu……, tadi pembicaraan kita sampai dimana ya bu……?

Bu astri : sampai kita membersihkan nya sampai ke ujung tali pusat

Suster susan : lalu kita bungkus dengan kain kasa steril. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita pasangkan, bagaimana bu …? Tidak sulit , bukan?

Bu astri : saya rasa, saya sudah bisa melakukannya, sus”

FASE TERMINASI

Suster susan : bagaimana ibu, apakah sudah mengerti dengan penjelasan saya

Bu astri:” sudah, sus”

Suster susan : apakah ibu bisa mengulang kembali yang telah saya jelaskan ?

Bu astri :” insyaallah bisa suss, pertama –tama setelah bayi selesai di mandikan , kita ambil kapas lidi lalu kita olesi alcohol kita mulai membersihkan nya dari pangkal tali pusat , di lanjutkan ke sekitar pusat kira – kira 10 cm sekelilingnya setelah itu kita bersihkan tali pusat sampai keujung, lalu kita bungkus dengan kain kasa steril. Terakhir baru kita rapikan dan baju bayi kita pasangkan.benar kan suster? ”

Suster susan : bagus sekali bu astri, sepertinya ibu telah mengerti dengan apa yang telah saya jelaskan ! atau mungkin ibu masih ingin bertanya ?

Bu astri : tidak suster,saya pikir cukup !

Suster susan :” ( tersenyum )”

Bu astri :” terima kasih ya,sus”

Suster susan : “ sama – sama bu “

Bu astri : “ suster susan,apakah saya bissa minta tolong lagi “

Suster susan : tentu bu,ibu mau minta tolong apa ?

Bu astri : “ saya ingin tau bagaimana cara menyusui yang baik “

Suster susan : ( tersenyum ) baiklah bu nani,kalau begitu saya akan datang lagi besok untuk menjelaskan bagaimana cara menyusui yang baik, ibu mau saya datang jam berapa ?

Bu astri : “ sama seperti hari ini saja,sus”

Suster susan : “baik bu,sampai bertemu besok !!”

Bu astri : “ ya, sus”

Suster susan : kalau begitu saya permisi dulu ya bu nani,selamat siang (tersenyum)!!

Bu astri : “ siang suster “

KOMUNIKASI TERAPEUTIK PASIEN JIWA


Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan pasien (Indrawati, 2003 48).

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal dengan titik tolak saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat membantu dan pasien menerima bantuan (Indrawati, 2003 : 48).

Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya (Arwani, 2003 50).

Manfaat Komunikasi Terapeutik

Manfaat komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan menganjurkan kerja sama antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Mengidentifikasi. mengungkap perasaan dan mengkaji masalah dan evaluasi tindakan yang dilakukan oleh perawat (Indrawati, 2003 : 50).

Tujuan Komunikasi Terapeutik (Indrawati, 2003 48).

Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik dan diri sendiri.

Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial biasa.

Jenis Komunikasi Terapeutik

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993) dalam Purba (2003), komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik.

Menurut Potter dan Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) dalam Purba (2003) ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

1. Komunikasi Verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka. Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Kata-kata adalah alat atau simbol yang dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang digunakan makin kecil keniungkinan teijadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan, siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara sederhana.

2) Perbendaharaan Kata (Mudah dipahami)

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien. Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru paru anda” akan lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika berkomunikasi dengan keperawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi, terapi dan kondisi klien.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal. Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien. Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan dengan memikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk diulang.

5) Waktu dan Relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6) Humor

Dugan (1989) dalam Purba (2003) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) dalam Purba (2006) melaporkan bahwa humor merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

2. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam bisnis, seperti komunikasi melalui surat menyurat, pembuatan memo, laporan, iklan di surat kabar dan lain- lain.

Prinsip-prinsip komunikasi tertulis terdiri dari :

1) Lengkap

2) Ringkas

3) Pertimbangan

4) Konkrit

5) Jelas

6) Sopan

7) Benar

Fungsi komunikasi tertulis adalah:

1) Sebagai tanda bukti tertulis yang otentik, misalnya; persetujuan operasi.

2) Alat pengingat/berpikir bilamana diperlukan, misalnya surat yang telah diarsipkan.

3) Dokumentasi historis, misalnya surat dalam arsip lama yang digali kembali untuk mengetahui perkembangan masa lampau.

4) Jaminan keamanan, umpamanya surat keterangan jalan.

5) Pedoman atau dasar bertindak, misalnya surat keputusan, surat perintah, surat pengangkatan.

Keuntungan Komunikasi tertulis adalah:

1) Adanya dokumen tertulis

2) Sebagai bukti penerimaan dan pengiriman

3) Dapat meyampaikan ide yang rumit

4) Memberikan analisa, evaluasi dan ringkasan

5) menyebarkan informasi kepada khalayak ramai

6) Dapat menegaskan, menafsirkan dan menjelaskan komunikasi lisan.

7) Membentuk dasar kontrak atau perjanjian

8) Untuk penelitian dan bukti di pengadilan

Kerugian Komunikasi tertulis adalah:

1) Memakan waktu lama untuk membuatnya

2) Memakan biaya yang mahal

3) Komunikasi tertulis cenderung lebih formal

4) Dapat menimbulkan masalah karena salah penafsiran

5) Susah untuk mendapatkan umpan balik segera

6) Bentuk dan isi surat tidak dapat di ubah bila telah dikirimkan

7) Bila penulisan kurang baik maka akan membingungkan Si pembaca.

3. Komunikasi Non Verbal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan kata-kata. Merupakan cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dan saat pengkajian sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non verbal menambah arti terhadap pesan verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan keperawatan.

Morris (1977) dalam Liliweni (2004) membagi pesan non verbal sebagai berikut:

1) Kinesik

Kinesik adalah pesan non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan, para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai kondom, cara mengaduk obat, dan lain-lain.

2) Proksemik

Proksemik yaitn bahasa non verbal yang ditunjukkan oleh “ruang” dan “jarak” antara individu dengan orang lain waktu berkomunikasi atau antara individu dengan objek.

3) Haptik

Haptik seringkali disebut zero proxemics, artinya tidak ada lagi jarak di antara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada ahli kumunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk, meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik mengkomunikasikan relasi anda dengan seseorang.

4) Paralinguistik

Paralinguistik meliputi setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterprestasikan simbol verbal. Sebagai contoh, orang-orang Muang Thai merupakan orang yang rendah hati, mirip dengan orang jawa yang tidak mengungkapkan kemarahan dengan suara yang keras. Mengeritik orang lain biasanya tidak diungkapkan secara langsung tetapi dengan anekdot. Ini berbeda dengan orang Batak dan Timor yang mengungkapkan segala sesuatu dengan suara keras.


5) Artifak

Kita memehami artifak dalam komunikasi komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material disekitar kita, lalu bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan tatkala dipergunakan. Sepeda motor, mobil, kulkas, pakaian, televisi, komputer mungkin sekedar benda. Namun dalam situasi sosial tertentu benda-benda itu memberikan pesan kepada orang lain. Kita dapat menduga status sosial seseorang dan pakaian atau mobil yang mereka gunakan. Makin mahal mobil yang mereka pakai, maka makin tinggi status sosial orang itu.

6) Logo dan Warna

Kreasi pan perancang untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupaka karya komunikasi bisnis, namun model keija m dapat ditirn dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo dirancang untuk dijadikan simbol da suatu karaya organisasi atau produk da suatu organisasi, terutama bagi organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk, warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi.

7) Tampilan Fisik Tubuh

Acapkali anda mempunyai kesan tertentu terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara anda. Kita sering menilai seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking, bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007:108).

Karakteristik Komunikasi Terapeutik

Ada tiga hal mendasar yang memberi ciri-ciri komunikasi terapeutik yaitu sebagai berikut: (Arwani, 2003 : 54).

1. Ikhlas (Genuiness)

Semua perasaan negatif yang dimiliki oleh pasien barus bisa diterima dan pendekatan individu dengan verbal maupun non verbal akan memberikan bantuan kepada pasien untuk mengkomunikasikan kondisinya secara tepat.

2. Empati (Empathy)

Merupakan sikap jujur dalam menerima kondisi pasien. Obyektif dalam memberikan penilaian terhadap kondisi pasien dan tidak berlebihan.

3. Hangat (Warmth)

Kehangatan dan sikap permisif yang diberikan diharapkan pasien dapat memberikan dan mewujudkan ide-idenya tanpa rasa takut, sehingga pasien bisa mengekspresikan perasaannya lebih mendalam.

Fase - fase dalam komunikasi terapeutik

1. Orientasi (Orientation)

Pada fase ini hubungan yang terjadi masih dangkal dan komunikasi yang terjadi bersifat penggalian informasi antara perawat dan pasien. Fase ini dicirikan oleh lima kegiatan pokok yaitu testing, building trust, identification of problems and goals, clarification of roles dan contract formation.

2. Kerja (Working)

Pada fase ini perawat dituntut untuk bekerja keras untuk memenuhi tujuan yang telah ditetapkan pada fase orientasi. Bekerja sama dengan pasien untuk berdiskusi tentang masalah-masalah yang merintangi pencapaian tujuan. Fase ini terdiri dari dua kegiatan pokok yaitu menyatukan proses komunikasi dengan tindakan perawatan dan membangun suasana yang mendukung untuk proses perubahan.

3. Penyelesaian (Termination)

Paa fase ini perawat mendorong pasien untuk memberikan penilaian atas tujuan telah dicapai, agar tujuan yang tercapai adalah kondisi yang saling menguntungkan dan memuaskan. Kegiatan pada fase ini adalah penilaian pencapaian tujuan dan perpisahan (Arwani, 2003 61).

Faktor - faktor penghambat komunikasi

Faktor-faktor yang menghambat komunikasi terapeutik adalah (Indrawati, 2003 : 21):

1. Perkembangan.

2. Persepsi.

3. Nilai.

4. Latar belakang sosial budaya.

5. Emosi.

6. Jenis Kelamin.

7. Pengetahuan.

8. Peran dan hubungan.

9. Lingkungan.

10. Jarak.

11. CitraDiri.

12. Kondisi Fisik.


  1. nita

    kiriiiiim dunk

  2. imron46

    wah senada dengan saya nih, blog nya membahas komunikasi terapeutik, bisa tukeran backlink nich, tujuannya biar keperawatan makin dikenal masyarakat.

  3. loetfia dwi rahariyani

    Hai………saya juga penggemar komunikasi terapeutik……..cuma, saya tidak sependapat kalau komunikasi terapeutik hanya untuk perawat, semua tenaga kesehatan bisa menggunakan komunikasi ini, bahkan tidak hanya untuk pasien jiwa, semua kasus bisa juga menggunakannya, bahkan untuk kehidupan keluarga juga bisa…

Minggu, 18 Januari 2009


Cara Merawat Luka
Tidak sedikit penderita kanker yang menderita luka-luka karena berbagai sebab: bekas operasi, efek radiasi , terlalu lama berbaring, terjatuh, atau pertumbuhan sel-sel kanker sampai ke luar kulit. Sebagian di antaranya merupakan luka kronis yang tidak sembuh dalam waktu 14 hari. Supaya tidak menimbulkan infeksi dan menjadi semakin parah, luka memerlukan perawatan khusus.
Luka Baru

Luka baru, terutama yang kotor, sebaiknya dibersihkan dengan air dan sabun. Kemudian segera dikeringkan dengan kain bersih, bukan tisu, sebab serpihan tisu yang menempel di atas luka dapat menjadi tempat kuman berkembang biak, sehingga menghalangi tumbuhnya jaringan granulasi dan jaringan epitel yang akan menutup luka.

Bila lukanya dangkal dan terdapat di bagian tidak bergerak, ada baiknya dibiarkan terbuka. Cara ini membuat proses penyembuhan berjalan lebih cepat. Antiseptik atau salep antibiotik tidak diperlukan, bila lukanya bersih.

Bila lukanya dalam atau kotor sebaiknya ditutup dengan kasa steril; jangan menggunakan kapas atau tisu dengan alasan sama seperti di atas. Bila ada perdarahan segera hentikan dengan menekan tempat keluarnya darah menggunakan kain kasa steril yang dingin (atau sambil dikompres dengan es), dan baru dilepas bila perdarahan sudah berhenti.

Menggunakan antiseptik untuk luka segar dapat dibenarkan untuk membunuh kuman. Kadang dipakai salep antibiotik, tetapi sebaiknya tidak dilakukan pada tiap luka, untuk mencegah kuman menjadi kebal.

Jika luka yang terjadi cukup besar, mengalami perdarahan cukup banyak, mengalami perdarahan di dalam, atau menampakkan tanda-tanda infeksi (merah, bengkak, bernanah), sebaiknya segera dibawa ke dokter atau rumah sakit terdekat.

Luka Operasi

Untuk mempercepat penyembuhan, luka bekas operasi sebaiknya dijaga agar tidak terkena air. Untuk itu penderita disarankan tidak mandi, cukup menyeka tubuhnya. Perawatan luka dilakukan oleh dokter/paramedis di rumah sakit. Biasanya perban baru dibuka setelah beberapa hari, saat dokter mengangkat benang jahitan. Tetapi jika perban basah, berdarah, atau kulit di sekitar luka memerah dan nyeri, segeralah berkonsultasi dengan dokter.

Luka Kronis

Normalnya, sebuah luka (termasuk luka operasi) akan sembuh dalam waktu maksimal 14 hari. Tetapi luka akibat pertumbuhan sel kanker, luka bakar, luka akibat diabetes, atau luka akibat terlalu lama berbaring, sulit diharapkan sembuh dalam jangka waktu tersebut.

Luka kanker disebabkan oleh pertumbuhan sel kanker sampai menembus lapisan dermis dan/atau epidermis kulit, sehingga menonjol keluar atau bentuknya menjadi tidak beraturan. Sel kanker yang menonjol keluar kulit umumnya berupa benjolan yang keras, sukar digerakkan, berbentuk seperti jamur atau bunga kol, mudah terinfeksi, jika tersentuh mudah berdarah. Tidak jarang benjolan ini kemudian pecah menjadi luka terbuka, mengeluarkan lendir/cairan, dan berbau tidak sedap.

Prinsip-prinsip Perawatan Luka
Ada dua prinsip utama dalam perawatan luka kronis semacam ini. Prinsip pertama menyangkut pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan) dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu ditekan dan digosok pelan-pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air steril atau NaCl 0,9 %.

Sedang luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada bisa diganti air matang) atau NaCl 0,9 %. Jika memungkinkan bisa direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permanganat (PK) 1:10.000 (1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau dikompres larutan kalium permanganat 1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunakan kain kasa.
Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terdapat infeksi, karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.

Norit juga sering dianjurkan untuk ditaburkan di luka kronis basah, mengandung nanah, dan sulit sembuh. Untuk ini sebaiknya dipakai bubuk norit halus bersih dari botol, bukan dari gerusan tablet. Dokter akan memberi petunjuk lebih jauh tentang hal ini, atau memberi resep tersendiri sesuai kondisi luka.

Prinsip kedua menyangkut pemilihan balutan. Pembalut luka merupakan sarana vital untuk mengatur kelembaban kulit, menyerap cairan yang berlebih, mencegah infeksi, dan membuang jaringan mati.
Memilih Pembalut

Saat ini ada berbagai macam pembalut luka modern yang bisa dipakai sesuai kondisi/kebutuhan luka masing-masing. Di antaranya, pembalut yang mengandung calsium alginate, hydroactive gel, hydrocoloid, nystatin, dan metronidazole. Dengan pembalut semacam ini, luka tidak perlu dibuka dan dibersihkan setiap hari, cukup beberapa hari sekali.
Calsium alginate yang berbahan rumput laut, berubah menjadi gel jika bercampur dengan cairan luka. Karenanya dapat menyerap cukup banyak cairan luka, merangsang proses pembekuan darah, dan mencegah kontaminasi bakteri pseudomonas.

Hydroactive gel dapat membantu proses pelepasan jaringan mati (nekrotik). Sedang hydrocoloid yang berbentuk lembaran tebal/tipis atau pasta dapat mempertahankan kelembaban luka, menyerap cairan, menghindari infeksi. Cocok untuk luka yang merah, bengkak, atau mengalami infeksi.

Nystatin yang dikombinasikan dengan metronidazole dan tepung maizena digunakan untuk mengurangi iritasi/lecet, menyerap cairan yang tidak terlalu berlebihan, dan mengurangi bau tidak sedap. Tidak beda dengan campuran calsium alginate dan karbon yang juga berfungsi menyerap cairan dan mengontrol bau tidak sedap.

Ada juga pembalut yang mengandung aquacel, yang terbuat dari selulosa berdaya serap sangat tinggi; atau pembalut mengandung campuran zinc dan metronidazole yang dapat membantu pelepasan jaringan mati, menjaga kelembaban, mengurangi bau, dan mudah dibuka. Tetapi pembalut jenis ini tidak boleh digunakan pada saat radiasi.

Tanpa pembalut-pembalut modern itu, kasa steril dan obat luka yang diberikan dokter sudah cukup. Yang penting bersihkan luka, keringkan (termasuk kalau berdarah, bersihkan dulu darahnya), obati, kemudian tutup dengan kasa steril dan perekat.
Tetapi ada juga luka kanker yang tidak perlu ditutup pembalut. Misalnya luka di dalam mulut dan tenggorokan akibat kanker nasofaring, atau akibat kemoterapi dan radiasi di area kepala-leher-dada. Untuk mencegah infeksi Anda bisa menggunakan obat kumur yang mengandung mycostatin dan garam, atau membuat sendiri obat kumur dari campuran ½ sendok teh baking soda dan ½ sendok teh garam dilarutkan dalam segelas besar air hangat.

Prinsip perawatan luka yang lain adalah tidak boleh membuat sebuah luka menjadi luka baru (berdarah) lagi, karena itu berarti harus memulai perawatan dari awal lagi. Juga, harus bisa mengontrol bau tidak sedap, mengatasi cairan yang berlebih, mengontrol perdarahan, mencegah infeksi, mengurangi nyeri , dan merawat kulit di sekitar luka.

Yang penting diperhatikan dalam merawat luka adalah selalu menjaga kebersihan. Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan sesudah merawat luka, selalu menjaga kebersihan luka, menjaga agar pembalut/penutup luka selalu bersih dan kering. Hindari tindakan menggaruk luka atau kulit di sekitar luka.

Segeralah berkonsultasi ke dokter jika ada tanda-tanda infeksi, yaitu kulit di sekitar luka berwarna merah, bengkak, suhu tubuh meningkat, nyeri, mengeluarkan bau tidak sedap (yang berbeda dari biasanya), mengeluarkan cairan berwarna kekuningan atau kehijauan, atau mengalami perdarahan yang sulit dihentikan.

Lepas dari itu semua, mengkonsumsi makanan bergizi tinggi dan seimbang akan mempercepat penyembuhan luka.

Jumat, 16 Januari 2009

Perkenalan Blog



Assalamualaikum Warohmatullohhi Wabarokatuh

Alhamdulillah, pada kesempatan ini saya mengungkapakan rasa bahagia karena bisa membuat blog, meskipun belum profesional ato masih dalam belajar. Kuharapkan blog ini bermanfaat bagi saya maupun orang lain. untuk bisa sharing ilmu. ilmu apapun, baik Ilmu Keperawatan , agama, dll.
Yang penting jangan pernah berhenti untuk belajar karena " Tholabul Ilmu faridotun agla li kulli muslim" Mencari ilmu wajib bagi orang muslim. kapan kita berhenti mencari ilmu... Kalo kita sudah dibungkus kain kafan... so mari kita semangat mencari ilmu oksss

Syukron Katsiron