Apakah anda tertarik dengan ilmu keperawatan?

Sabtu, 18 April 2009

Hipertensi Heart Failure


HIPERTENSI HEART FAILURE



1. Definisi
Menurut The Join National Committee on the Detection and Treatment of Hipertention-7 (JNC VII, 2003) hipertensi adalah kenaikan tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140 mmHg dan peningkatan tekanan darah diastolic lebih besar atau sama dengan 90mmHg. 
Menurut Lembaga Kesehatan Nasional (The Nation Institutes of Health), mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan sistolik yang sama atau diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik yang sama atau diatas 90 mmHg.
Apabila hipertensi tidak terkontrol menyebabkan kelainan pada organ-organ yang berhubungan dengan sistem-sistem tersebut, misalnya otak, jantung, ginjal, mata, aorta dan pembuluh darah tepi. Semakin tinggi tekanan darah lebih besar timbulnya penyakit kardiovaskuler secara premature, penyakit pada jantung dan segala manifestasi kliniknya dinamakan panyakit jantung hipertensi (Gray, Huan, et. Al.2003).

2. Etiologi
Menurut penyebabnya hipertensi dapat dibagi dua:
1. Hipertensi primer atau esensial merupakan bagian terbesar (90%) dari penderita hipertensi yang ada di masyarakat. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti penyebab dari hipertensi primer ini.
2. Hipertensi sekunder. Jenis hipertensi ini dapat diketahui penyebabnya, seperti:
Kelainan ginjal:
- Glomerulonephritis akut (GNA)
- Glomerulonephritis kronis (GNC)
- Pyelonephritis kronis (PNC)
- Penyempitan arteri renalis

Kelainan hormonal:
- Diabetes mellitus
- Pil KB
- Phaecromacytoma (tumor adrenal)
Kelainan neurologis:
- Polyneuritis
- Poliomyelitis
Lain-lain:
- Obat-obatan
- Preeklamsi
- Koartasio aorta

Klasifikasi hipertensi
Kategori Sistolik
(mmHg) Diastolik
(mmHg)
Optimal <> 12mm)
• Deep S wafe in lead V1
• Tall R wave in leads V5 or V6
• Biphasic P Wave in leads V4-V6
• ST-T invertion leads V4-V6 
4) Echocardiografi
• Tanda-tanda hipersirkulasi pada stadium dini seperti hiperkinesis, hipervolemia.
• Hipertrofi yang difus (konsentrik)
• Dilatasi ventrikel serta tekanan akhir diastolic ventrikel kiri meningkat.
• Tanda-tanda iskemia seperti hiperkinesis dan pada stadium lanjut adanya diskinetik juga dapat terlihat pada elektrokardiogram.

6. Penatalaksanaan 
a. Penatalaksanaan medis
Pengobatan ditujukan selain pada tekanan darah juga pada komplikasi-komplikasi yang terjadi yaitu :
• Menurunkan tekanan darah menjadi normal, Sistolik 130-140 mmHG, dan diastolic 60-90 mmHg
• Mengobati payah jantung karena hipertensi
• Mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit kardiovaskuler
• Menurunkan faktor risiko terhadap penyakit kardiovaskuler semaksimal mungkin.
Untuk menurunkan tekanan darah dapat ditinjau dari 3 faktor fisiologis yaitu :
• Menurunkan isi cairan intravaskuler dan Na darah dengan diuretic.
• Menurunkan aktivitas susunan saraf simpatis dan respon kardiovaskuler terhadap rangsangan adrenergic dengan obat dari golongan anti simpatis.
• Menurunkan tahanan perifer dengan obat vasodilator.
Diuretik :
• Menurunkan kadar Na ekstra maupun intra seluler
• Menurunkan reaktivitas kardiovaskuler terhadap nor-adrenalin
• Terbukti dapat menurunkan insiden stroke
• Dosis kecil, sebaiknya secara berkala (intermitten)
• Efektif, sekali pemberian
• Efek samping:
o Gangguan keseimbangan air dan elektrolit
o Intoleransi glukosa
o Meningkatkan kadar asam urat
o Dislipidemia
o Alkalosis metabolic
o Yang sering digunakan:
• Hidrochlortiazid (HCT)
- Dosis 6,25-12,5 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan ACE inhibitor atau angiotensin reseptor blocker (ARB), beta blocker dan alfa blocker
• Furosemide
- Dosis 20-40 mg/hari
- Diberikan pada hipertensi dengan gangguan fungsi ginjal, hiperurisemia, gagal jantung, DM yang belum teregulasi, dan dislipidemia
- Dapat dikombinasi terutama dengan ACE inhibitor/ARB, dapat juuga dengan beta blocker dan alfa blocker
• Spironolacton
- Dosis 25-100 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan HCT maupun furosemid
- Merupakan diuretika yang lemah
- Hindari pada gangguan fungsi ginjal (krreatinin serum > 2,5 mg/dl) dan hati-hati bila dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, akan menyebabkan hiperkalemia
- Disfungsi seksual pada pria
• Beta Blocker
o Menurunkan aktivitas simpatis
o Kardioprotektiv dan anti angina
o Pemberiannya dapat satu kali sehari
o Efek samping:
 Dapat mengganggu homeostasis glokusa
 Dislipidemia teritama trigliserida
 Dapat menurunkan aliran darah ke ginjal. Kecuali golongan pindolol dan carvedilol
 Klaudikasio intermitten
 Bradikardia dan gagal jantung
o Yang sering digunakan
 Atenolol :
- Dosis 1x25-100 mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan diuretika (terutama HCT dosis rendah), kalsium antagonis (golongan dihidropiridin, terutama yang long acting), alfa blocker
- Pada kondisi tertentu dapt dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB meskipun secara farmakodinamis kurang rasional.
• Bisoprolol
- Dosis 1x5-10 mg/hari
- Seperti halnya atenolol, dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
- Efek simpatolitiknya lebih besar dari pada atenololkarena dapat menembus blood brain barier.
• Propanolol
- Dosis 2x20-40mg/hari
- Dapat dikombinasi dengan antihipertensi lainnya
- Efek simpatolitiknya palung besar
• KalsiumAntagonis
o Menurunkan tahanan perifer, meningkatkan aliran darah ke ginjal, tidak mempengaruhi aktivitas system RAA (golongan non dihidropiridin atau dihidropiridin yang long acting)
o Mempunyai efek renoprotektif yaitu dengan menurunkan tekanan di glomerulus
o Tidak mempunyai efek metabolic dan keseimbangan elektrolit
o Dapat diberikan satu kali sehari pada yang long acting
o Sering diggunakan pada hipertensi dengan COPD
o Efek samping:
 Inotropik dan khronotropik negative
 Golongan dihidropiridin yang bekerjanya pendek dapat meningkatkan aktivitas simpatis dan retensi Na
 Berdebar, sakit kepala, dan edema perifer
o Yang sering digunakan:
 Nifedipine (Golongan dihidropiridin)
• Dosis 3x5-10 mg/hari
• Dosis yang long acting (OROS/GITS) 1x20-30 mg/hari
• Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB, beta blocker
 Amlodipin (golongan dihidropiridin) :
• Dosis 3x5-10mg/hari
• Sering dikombinasi dengan ACE inhibitor/ARB atau beta blocker 
 Diltiasem (golongan nondihiropiridin)
• Dosis 3x30-60 mg/hari
• Sering digunakan pada hipertensi dengan angina pectoris
• Dosis yang long acting 2x60-90 mg/hari atau 1x80 mg/hari
• Dapat dikombinasi denhan ACE inhibitor/ARB
 Verapamil (golongan non dihidropiridin)
• Dosis 2x40-80 mg/hari
• Dosis yang long acting 1x360 mg/hari
• Sering digunakakn pada hipertensi dengan angina pectoris. Tachicardi supraventrikuler, atau COPD.
• ACE inhibitor/ARB
o Menghambat bekerjanya ACE yang merubah Angiotensin 1 menjadi Angiotensin II
o Mempunyai sifat renoprotektif dan memperbaiki resistensi insulin
o Meningkatkan kemampuan fungsi jantungdan mempunyai sifat kardioprotektif
o Tidak menurunkan aliran darah ke otak, arteri koroner maupun ginjal
o Tidak berpengaruh pada kecepatan denyut jantung dan curah jantung
o Dapat menurunkan tahanan perifer
o Efek Samping:
 Batuk, sakit kepala, dan hipotensi
 Skin rash dan gagal ginjal akut (jarang, terutama pada stenosis arteri renalis bilateral, dan pemberian dosis tinggi yang tergesa-gesa pada gagal jantung)
o Yang sering digunakan:
 Captopril :
• Dosis 2-3x12,5-25 mg/hari
• Pemberiannya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan
• Sering dikombinasi dengan HCT atau kalsium antagonis
• Pada kondisi tertentu dapat dikombinasi dengan beta blocker meskipun kurang rasional
 Lisinopril:
• Dosis 1-2x5-10 mg/hari
• Pemberiannya tidak dipengaruhi oleh makanan
• Hal yang lain sama dengan captopril
• Alfa Blocker
o Menghambat reseptor alfa 1 diotot polos pembuluh darah
o Terutama untuk menurunkan tekanan diastolic
o Sering dikombinasi dengan diuretika atau beta blocker
o Jarang digunakan sebagai pilihan utama karena mempunyai efek samping yang sering mengganggu yaitu hipotensi postural, palpitasi dan sakit kepala
o Dapat memperbaiki profil lipid, memperbaiki toleransi glukosa, memperbaiki keluhan prostat pada glukosa
o Yang sering digunakan:
 Prazosin:
• Dosis 2 – 3 x 1 – 4 mg/hari
• Dosis awal ½ - 1 mg/hari sebelum tidur malam dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah terjadinya hipotensi postural
 Doxazosin: 
• Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
• Dosis dinaikkan secara fitrasi untuk mencegah hipotensi postural  
 Terazosin:
• Dosis 1 x 1 – 6 mg/hari
• Untuk mencegah terjadinya hipotensi postural dosis dinaikkan secara titrasi 
b. Penatalaksanaan secara keperawatan
(British hypertension Society guidelines : lifestyle modification fir primary prevention and treatment of hypertention)
• Maintain normal body weight for adults (body mass index 20-25 kg/m2)
• Reduce diatary sodium intake to <100 spo2 =" 95-100%" abg =" P02" pc02 =" 35-45" ph =" 7,35-7,45" hb =" 12" spo2 =" 95-100%" abg =" P02" pc02 =" 35-45" ph =" 7,35-7,45" hb =" 12"> 55%, kardiomegali Backward failure

Tekanan ventrikel kiri

Tekanan atrium kiri

Bendungan paru
 Gangguan pertukaran gas






14/04
2009
09.00







 Data Subyektif
 Klien mengatakan cepat lelah
Data Obyektif
 Tampak lemah
 Hipertensi ortostatik
 ADL di bantu Volume sekuncup menurun

Suplai oksigen ke jaringan menurun

Vasokontriksi perifer

Perfusi jaringan /otot rangka menurun

Kelemahan/keletihan
 Intoleransi aktifitas
14/04
2009
09.00 Data Subyektif
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
Data Obyektif
 Oedema kaki
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc

























 Volume sekuncup menurun


Kelebihan 
volume cairan





 

DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung
2. Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
3. Intoleransi aktifitas b.d penurunan curah jantung, ketidakseimbangan antara suplay atau kebutuhan O2, kelemahan umum, tirah baring lama/ immobilisasi
4. Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine
























 
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
14-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 1. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
2. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
3. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
4. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
5. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1-5


14-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 1. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
2. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
3. Dorong perubahan posisi 
4. Evaluasi perubahan hasil GDA
5. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
6. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
7. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30
07.45

08.00

08.30

09.00
10.00 1. Mengauskultasi bunyi nafas (ronkhi)
2. Menganjurkan batuk efektif dan nafas dalam
3. Mendorong perubahan posisi 

4. Mempertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
5. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
6. Memberikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
Furosemid 1 Ampul.
Ventolin 2,5 ml nebulizer
  S :
 Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-7

14-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine
 1. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
2. Tampung produksi urine dalam 24 jam
3. Berikan diuretic sesuai instruksi
4. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
5. Monitor serum dan elektrolit urine
6. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 07.30

08.00

08.10
08.30

09.00

11.00 1. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
2. Menampung produksi urine dalam 24 jam
3. Memberikan diuretic sesuai instruksi
4. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
5. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
6. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
15-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 6. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
7. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
8. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
9. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
10. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lebih baik
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-5

15-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 8. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
9. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
10. Dorong perubahan posisi 
11. Evaluasi perubahan hasil GDA
12. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
13. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
14. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 7. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
8. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
9. Dorong perubahan posisi 
10. Evaluasi perubahan hasil GDA
11. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
12. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
13. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
  S :
 Klien mengatakan sudah tidak sesak 
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi 
P : Intervesni dihentikan 

15-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine

 7. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
8. Tampung produksi urine dalam 24 jam
9. Berikan diuretic sesuai instruksi
10. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
11. Monitor serum dan elektrolit urine
12. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 - Strees
- ila pasi 7. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
8. Menampung produksi urine dalam 24 jam
9. Memberikan diuretic sesuai instruksi
10. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
11. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
12. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 
 S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6
No DX Rencana Waktu Tindakan Evaluasi
16-04-09
Perubahan perfusi jaringan b.d penurunan curah jantung 11. Monitor perubahan tanda-tanda vital 
12. Catat perubahan warna kulit, serta kualitas pulse
13. Pertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
14. Beri relaksan untuk memperlancar defekasi
15. Kolaborasi dalam pemberian diuretic, kontraktiliats/inotropik positif, dinhibitor simpatis dan vasodilator

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 Monitor perubahan tanda-tanda vital
TD : 150/100 mmHg
RR : 32 x/menit 
CRT 4 detik
O2 nasal 3 lpm
Mencatat perubahan warna kulit pucat
Mempertahankan bedrest dalam posisi yang nyaman selama periode akut
Inj. Furosemid 1 amp
Melakukan EKG S :
 Klien mengatakan badannya masih terasa lemah
O :
 RR : 32x/menit
 TD : 150/100mmHg
 Nadi : 88x/menit
 Alb : 3,6 g/dl
 Na : 124 mmol/L
 Oedema kaki
 Auskultasi suara nafas: ronchi
 Terlihat retraksi dada
 Terpasang O2 masker 3 liter
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi no 1-5


16-04-09
Gangguan pertukaran gas b.d akumulasi cairan dalam alveoli paru 
 15. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
16. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
17. Dorong perubahan posisi 
18. Evaluasi perubahan hasil GDA
19. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
20. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
21. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 14. Auskultasi bunyi nafas (ronkhi)
15. Anjurkan batuk efektif dan nafas dalam
16. Dorong perubahan posisi 
17. Evaluasi perubahan hasil GDA
18. Pertahankan duduk atau tirah baring dengan posisi semi fowler
19. Kolaborasi pemberian O2 tambahan
20. Berikan obat (diuretic, bronkhodilator) sesuai indikasi
  S :
 Klien mengatakan sesak nafas berkurang
O :
 Auskultasi suara nafas: ronchi, ortopnoe
 RR : 32 x/menit
 PH : 7,40
 PO2 : 181
 PCO2: 31
 Batuk, secret banyak  
 Klien hanya berbaring di tempat tidur dengan menggunakan 3 bantal
A : masalah teratasi sebagian
P : Lanjutkan intervensi no 1-7

16-04-09
Kelebihan volume cairan b/d penurunan haluran urine

 13. Evaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
14. Tampung produksi urine dalam 24 jam
15. Berikan diuretic sesuai instruksi
16. Batasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
17. Monitor serum dan elektrolit urine
18. Monitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 

 07.30




08.15
08.30

09.00
10.00 13. Mengevaluasi perkembangan intake dan output dengan akurat
14. Menampung produksi urine dalam 24 jam
15. Memberikan diuretic sesuai instruksi
16. Membatasi masukan cairan pada keadaan hiponatrime
17. Memonitor perubahan serum dan elektrolit urine
18. Memonitor perubahan distensi leher, ronkhi, oedem perifer 
 S :
 Klien mengatakan tidak mampu melakukan pekerjaan seperti biasa
 O :
 Oedema kaki (+)
 Na 144
 K 2,88
 Cl 109,3
 Input
- Minum dibatasi sehari 650cc
- Infus 500 
 Output
- Urine 1000 cc
- IWL 250 cc
A : masalah teratasi sebagian
P: lanjutkan intervensi 1-6




   
5 1. 



Created By Dwi Herawan..(Bioners 07)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar